Tanggal 13 Agustus 2017, tepatnya malam senin diadakannya Pawai obor. Dalam
rangka memperingati hari Pramuka ke-56. Pawai obor biasa dilakukan
oleh siswa-siswi pelajar berseragam pramuka.
Para siswa-siswi akan berkumpul di lapangan sepak bola Babulu. Waktu berkumpul setelah magrib, ketika selesai isya barulah akan diadakan Pawai obor. Untung saja waktu malam itu cuacanya lumayan bagus, karena ndak akan terjadi hujan.
Pawai obor dilakukan dengan, siswa-siswi membawa obor yang menyala dijalan raya. Mulai perjalanan dari lapangan sepak bola Babulu menuju ke SMAN 4 PPU, dengan berjalan kaki. Kalau tahun kemarin malah sebaliknya. Yaitu, dimulai dari SMAN 4 PPU ke lapangan sepak bola Babulu.
Jadi waktu itu menunggu di rumah, akan ada teman yang menjemput untuk sama-sama melihat Pawai obor. Slamet datang setelah magrib, sedangkan Pawai obor akan dilakukan setelah Isya. Jadi menunggu dulu sampai lewat Isya.
Sedangkan adek ku yang masih SD sudah mulai bersiap-siap. Untuk mengikuti Pawai obor, maka dia memakai seragam pramuka lengkap. Setelah lengkap, barulah dia diantar kakaknya ke lapangan.
Dia berangkat ke lapangan sepak bola Babulu untuk mengikuti Pawai obor. Dia memang ndak membawa obor, karena obornya dan obor siswa lainnya sudah mereka siapkan sebelumnya di lapangan. Jadi mereka hanya tinggal berangkat saja setelah magrib.
Setelah lewat Isya, barulah kami berangkat ke lapangan. Di jalanan sudah ramai dan menuju ke arah yang sama, yaitu ke lapangan sepak bola Babulu. Sesampainya di depan lapangan, berhenti di pinggir jalan. Sambil menunggu siswa-siswi keluar dari lapangan membawa obor ke jalan raya. Berencana untuk ikut menggiringi di belakang mereka.
Di depan lapangan sudah ramai sekali oleh pengendara bermotor. Mereka menunggu sama seperti kami. Terlihat di depan lapangan, Pak Polisi sedang mengatur lalu lintas.
Karena ada Pak Polisi, sampai-sampai ada pengendara bermotor ingin lewat, bertanya kepada kami. "Ada rajia kah?" eah tentu saja ndak ada, karena Pak Polisi hanya mengatur lalu lintas saja. Maka ia pun lewat begitu saja.
Melihat banyak pasangan di depan. Sampai-sampai Slamet menggerutu "lihat yang lain pada gonceng cewek, masa aku gonceng cowok" karpret juga, dia hanya bercanda saja.
Lama menunggu ada teman, yang berjumpa di pinggir jalan. Dia bersama temannya, menunggu Pawai obor dimulai. Dia mengatakan untuk mampir dan menunggu di rumah Slamet saja.
Karena rumah Slamet berjarak ndak jauh dari lapangan, berada di arah yang sama dilalui oleh siswa-siswi ini. Tapi Slamet menolak dan lebih memilih untuk menunggu saja.
Karena lama menunggu, akhirnya memilih ke rumah Slamet. Tapi ndak bersama teman yang tadi, karena mereka sudah pergi ndak tau ke mana.
Ketika lewat di depan lapangan, mencoba mengintip di keramaian. Ndak taunya para siswa pramuka itu sedang melakukan pidato dan upacara, pantasan lama nunggunya.
Sesampai di rumah Slamet, langsung duduk di kursi kaki lima. Ternyata cukup lama juga, menunggu siswa-siswi yang mengikuti Pawai obor lewat. Ndak lama menunggu, ada keramaian di jalan raya, ternyata rombongan siswa-siswi yang di tunggu-tunggu.
Kami mencoba ikut menggiringi di belakang, menggunakan motor. Tetapi sangat sulit untuk ke seberang. Karena banyaknya kendaraan lalu- lalang dan ramai sekali. Terutama pengendara bermotor yang dari tadi sudah menunggu di lapangan. Mereka ikut menggiringi Pawai obor.
Dari pada lama menunggu untuk sekedar nyeberang, dan ndak ingin ketinggalan Pawai obor juga. Maka Slamet langsung pergi ke lapangan SMAN 4 PPU tempat Pawai obor berhenti. Dia memilih melewati jalan tembus, yang biasa digunakan waktu sekolah di SMAN 4 PPU dulu. Yaitu jalanan perkebunan karet dan kelapa sawit, yang mengarah ke lapangan SMAN 4 PPU.
Sesampai di belakang lapangan SMAN 4 PPU, ndak taunya sudah ramai. Selain kami, ada juga pengendara lain yang melewati jalan tembus ini. Slamet memarkirkan motornya di samping sekolahan, tempat warung bule' langganannya dulu. Kami masuk melalui gerbang depan SMAN 4 PPU, tetapi gerbang ditutup.
Karena itu mencoba masuk melalui samping saja. Ndak taunya sekolah SMA ini, sudah dikelilingi pagar dari kawat .Pagar ini lebih luas cakupannya, dibandingkan saat angkatan kami dulu. Mencari celah masuk ke lingkungan sekolah, untuk melihat acara Pawai obor.
Sebenarnya bisa masuk lewat lapangan, karena di bagian situ ndak diberi pagar kawat. Tetapi sudah terlanjur jauh, untuk kembali melalui bagian belakang lapangan SMAN 4 PPU.
Mencari pintu masuk di sepanjang pagar berkawat ini. Akhirnya menemukan juga bagian pagar, yang agak berjarak lumayan lebar. Tetapi tepat di belakang rumah guru SMAN 4 PPU. Waktu itu ndak ada orang dari SMA, yang melihat kami menyelinap masuk, melalui bagian pagar kawat itu.
Ketika di dalam lingkungan SMAN 4 PPU, kami merasa ingat kenangan waktu dulu, masih bersekolah di SMA ini. Mengelilingi sekolahan. Ndak lupa juga berhenti, di depan ruangan kelas XII IPS 1. Duduk-duduk di tempat duduk, yang berada di depan kelas ini.
Tempat duduk ini terbuat dari semen, bagian atasnya diberi tehel. mencoba untuk berebah di tempat duduk itu. Aku teringat kembali ketika masih sekolah. Setelah sudah cukup lama berebah. Sedangkan Slamet asik dengan HP nya, kami melanjutkan berkeliling.
Saat berkeliling, bertemu dengan adek kelas dulu. Dia bersama teman- temannya yang ndak ku kenal. Hanya bertegur sapa, dan lewat begitu saja. Berada di kelas ujung, dekat dengan lapangan. Di depan kelas terlihat para penjual makanan dan mainan, membuka lapak mereka masing-masing.
Di lapangan terlihat ada sebuah serobong. Di depan serobong itu berkumpulnya siswa-siswi pramuka, yang mengikuti Pawai obor. Kami berada di bagian belakang serobong itu.
Karena sedikit bosan, kami mencari tempat duduk yang berada di kelas lain. Tetapi masih dekat dengan keramaian, para pengunjung Pawai obor. Di bagian serobong dan kelas dekat lapangan, memiliki lampu yang menyala, sehingga terlihat terang. Sedangkan kami berdiri di depan kelas yang lampunya mati, sehingga pencahayaan di sini kurang.
Ada kursi panjang, terbuat dari kayu di depan kelas ini, duduk di situ. Slamet kembali asik dengan HP nya, sedangkan aku duduk bersender di dinding. Sambil memperhatikan kelas lainnya, terasa sedikit sepi.
Setelah duduk, berjalan sedikit ke kelas paling ujung. Untuk mendapatkan sedikit cahaya lampu. Sambil melihat-lihat para penjual dan pembeli di depan kelas.
Sebenarnya ingin membeli makanan di situ. Tapi sayangnya, ndak ada membawa uang. Jadi cuman bisa lihat sambil meneggukkan air liur.
Selain bertemu dengan adek kelas tadi, kami juga bertemu dengan Pak Lukman, guru yang mengajar Bahasa Indonesia di SMAN 4 PPU. Kami menyalimi Pak Lukman, ndak banyak dibicarakan, karena Pak guru seperti ada kesibukan.
Kami menuju ke kelas paling ujung. Kelas ini memiliki penerangan cukup, karena banyak lampu dari para penjual juga. Hanya melihat acara obor ini dari belakang panggung saja.
Di kelas ini ramai di isi oleh panitia Pawai obor dan petugas kesehatan. Belum kami benar-benar sampai di depan kelas, tiba-tiba saja ada keributan. Ndak taunya ada seorang yang digotong ramai- ramai.
Di kira dia digotong karena kesurupan, ternyata hanya pingsan saja. Lihat dari balik jendela, sudah ditangani oleh petugas kesehatan yang ada di situ. Setelah melihat itu lebih baik pulang saja, meskipun acara Pawai obor dilakukan di SMAN 4 PPU belum selesai.
Kami akan melalui pagar yang memiliki pintu, berada dekat masjid. Tetapi dijaga dan ndak boleh lewat situ. Ndak hanya kami saja dilarang, tetapi orang lain juga, yang ingin lewat dari pintu pagar kawat itu.
Karena sudah tau jalan melalui belakang rumah tadi. Jadi lewat situ saja. Tempat awal masuk tadi. Sedangkan anak remaja di belakang kami, hanya menggerutu karena dilarang lewat pintu pagar tadi.
Para siswa-siswi akan berkumpul di lapangan sepak bola Babulu. Waktu berkumpul setelah magrib, ketika selesai isya barulah akan diadakan Pawai obor. Untung saja waktu malam itu cuacanya lumayan bagus, karena ndak akan terjadi hujan.
Pawai obor dilakukan dengan, siswa-siswi membawa obor yang menyala dijalan raya. Mulai perjalanan dari lapangan sepak bola Babulu menuju ke SMAN 4 PPU, dengan berjalan kaki. Kalau tahun kemarin malah sebaliknya. Yaitu, dimulai dari SMAN 4 PPU ke lapangan sepak bola Babulu.
Jadi waktu itu menunggu di rumah, akan ada teman yang menjemput untuk sama-sama melihat Pawai obor. Slamet datang setelah magrib, sedangkan Pawai obor akan dilakukan setelah Isya. Jadi menunggu dulu sampai lewat Isya.
Sedangkan adek ku yang masih SD sudah mulai bersiap-siap. Untuk mengikuti Pawai obor, maka dia memakai seragam pramuka lengkap. Setelah lengkap, barulah dia diantar kakaknya ke lapangan.
Dia berangkat ke lapangan sepak bola Babulu untuk mengikuti Pawai obor. Dia memang ndak membawa obor, karena obornya dan obor siswa lainnya sudah mereka siapkan sebelumnya di lapangan. Jadi mereka hanya tinggal berangkat saja setelah magrib.
Setelah lewat Isya, barulah kami berangkat ke lapangan. Di jalanan sudah ramai dan menuju ke arah yang sama, yaitu ke lapangan sepak bola Babulu. Sesampainya di depan lapangan, berhenti di pinggir jalan. Sambil menunggu siswa-siswi keluar dari lapangan membawa obor ke jalan raya. Berencana untuk ikut menggiringi di belakang mereka.
Di depan lapangan sudah ramai sekali oleh pengendara bermotor. Mereka menunggu sama seperti kami. Terlihat di depan lapangan, Pak Polisi sedang mengatur lalu lintas.
Karena ada Pak Polisi, sampai-sampai ada pengendara bermotor ingin lewat, bertanya kepada kami. "Ada rajia kah?" eah tentu saja ndak ada, karena Pak Polisi hanya mengatur lalu lintas saja. Maka ia pun lewat begitu saja.
Melihat banyak pasangan di depan. Sampai-sampai Slamet menggerutu "lihat yang lain pada gonceng cewek, masa aku gonceng cowok" karpret juga, dia hanya bercanda saja.
Lama menunggu ada teman, yang berjumpa di pinggir jalan. Dia bersama temannya, menunggu Pawai obor dimulai. Dia mengatakan untuk mampir dan menunggu di rumah Slamet saja.
Karena rumah Slamet berjarak ndak jauh dari lapangan, berada di arah yang sama dilalui oleh siswa-siswi ini. Tapi Slamet menolak dan lebih memilih untuk menunggu saja.
Karena lama menunggu, akhirnya memilih ke rumah Slamet. Tapi ndak bersama teman yang tadi, karena mereka sudah pergi ndak tau ke mana.
Ketika lewat di depan lapangan, mencoba mengintip di keramaian. Ndak taunya para siswa pramuka itu sedang melakukan pidato dan upacara, pantasan lama nunggunya.
Sesampai di rumah Slamet, langsung duduk di kursi kaki lima. Ternyata cukup lama juga, menunggu siswa-siswi yang mengikuti Pawai obor lewat. Ndak lama menunggu, ada keramaian di jalan raya, ternyata rombongan siswa-siswi yang di tunggu-tunggu.
Kami mencoba ikut menggiringi di belakang, menggunakan motor. Tetapi sangat sulit untuk ke seberang. Karena banyaknya kendaraan lalu- lalang dan ramai sekali. Terutama pengendara bermotor yang dari tadi sudah menunggu di lapangan. Mereka ikut menggiringi Pawai obor.
Dari pada lama menunggu untuk sekedar nyeberang, dan ndak ingin ketinggalan Pawai obor juga. Maka Slamet langsung pergi ke lapangan SMAN 4 PPU tempat Pawai obor berhenti. Dia memilih melewati jalan tembus, yang biasa digunakan waktu sekolah di SMAN 4 PPU dulu. Yaitu jalanan perkebunan karet dan kelapa sawit, yang mengarah ke lapangan SMAN 4 PPU.
Sesampai di belakang lapangan SMAN 4 PPU, ndak taunya sudah ramai. Selain kami, ada juga pengendara lain yang melewati jalan tembus ini. Slamet memarkirkan motornya di samping sekolahan, tempat warung bule' langganannya dulu. Kami masuk melalui gerbang depan SMAN 4 PPU, tetapi gerbang ditutup.
Karena itu mencoba masuk melalui samping saja. Ndak taunya sekolah SMA ini, sudah dikelilingi pagar dari kawat .Pagar ini lebih luas cakupannya, dibandingkan saat angkatan kami dulu. Mencari celah masuk ke lingkungan sekolah, untuk melihat acara Pawai obor.
Sebenarnya bisa masuk lewat lapangan, karena di bagian situ ndak diberi pagar kawat. Tetapi sudah terlanjur jauh, untuk kembali melalui bagian belakang lapangan SMAN 4 PPU.
Mencari pintu masuk di sepanjang pagar berkawat ini. Akhirnya menemukan juga bagian pagar, yang agak berjarak lumayan lebar. Tetapi tepat di belakang rumah guru SMAN 4 PPU. Waktu itu ndak ada orang dari SMA, yang melihat kami menyelinap masuk, melalui bagian pagar kawat itu.
Ketika di dalam lingkungan SMAN 4 PPU, kami merasa ingat kenangan waktu dulu, masih bersekolah di SMA ini. Mengelilingi sekolahan. Ndak lupa juga berhenti, di depan ruangan kelas XII IPS 1. Duduk-duduk di tempat duduk, yang berada di depan kelas ini.
Tempat duduk ini terbuat dari semen, bagian atasnya diberi tehel. mencoba untuk berebah di tempat duduk itu. Aku teringat kembali ketika masih sekolah. Setelah sudah cukup lama berebah. Sedangkan Slamet asik dengan HP nya, kami melanjutkan berkeliling.
Saat berkeliling, bertemu dengan adek kelas dulu. Dia bersama teman- temannya yang ndak ku kenal. Hanya bertegur sapa, dan lewat begitu saja. Berada di kelas ujung, dekat dengan lapangan. Di depan kelas terlihat para penjual makanan dan mainan, membuka lapak mereka masing-masing.
Di lapangan terlihat ada sebuah serobong. Di depan serobong itu berkumpulnya siswa-siswi pramuka, yang mengikuti Pawai obor. Kami berada di bagian belakang serobong itu.
Karena sedikit bosan, kami mencari tempat duduk yang berada di kelas lain. Tetapi masih dekat dengan keramaian, para pengunjung Pawai obor. Di bagian serobong dan kelas dekat lapangan, memiliki lampu yang menyala, sehingga terlihat terang. Sedangkan kami berdiri di depan kelas yang lampunya mati, sehingga pencahayaan di sini kurang.
Ada kursi panjang, terbuat dari kayu di depan kelas ini, duduk di situ. Slamet kembali asik dengan HP nya, sedangkan aku duduk bersender di dinding. Sambil memperhatikan kelas lainnya, terasa sedikit sepi.
Setelah duduk, berjalan sedikit ke kelas paling ujung. Untuk mendapatkan sedikit cahaya lampu. Sambil melihat-lihat para penjual dan pembeli di depan kelas.
Sebenarnya ingin membeli makanan di situ. Tapi sayangnya, ndak ada membawa uang. Jadi cuman bisa lihat sambil meneggukkan air liur.
Selain bertemu dengan adek kelas tadi, kami juga bertemu dengan Pak Lukman, guru yang mengajar Bahasa Indonesia di SMAN 4 PPU. Kami menyalimi Pak Lukman, ndak banyak dibicarakan, karena Pak guru seperti ada kesibukan.
Kami menuju ke kelas paling ujung. Kelas ini memiliki penerangan cukup, karena banyak lampu dari para penjual juga. Hanya melihat acara obor ini dari belakang panggung saja.
Di kelas ini ramai di isi oleh panitia Pawai obor dan petugas kesehatan. Belum kami benar-benar sampai di depan kelas, tiba-tiba saja ada keributan. Ndak taunya ada seorang yang digotong ramai- ramai.
Di kira dia digotong karena kesurupan, ternyata hanya pingsan saja. Lihat dari balik jendela, sudah ditangani oleh petugas kesehatan yang ada di situ. Setelah melihat itu lebih baik pulang saja, meskipun acara Pawai obor dilakukan di SMAN 4 PPU belum selesai.
Kami akan melalui pagar yang memiliki pintu, berada dekat masjid. Tetapi dijaga dan ndak boleh lewat situ. Ndak hanya kami saja dilarang, tetapi orang lain juga, yang ingin lewat dari pintu pagar kawat itu.
Karena sudah tau jalan melalui belakang rumah tadi. Jadi lewat situ saja. Tempat awal masuk tadi. Sedangkan anak remaja di belakang kami, hanya menggerutu karena dilarang lewat pintu pagar tadi.
Komentar
Posting Komentar