Sebenarnya sudah lama tau kalau di daerah sini ada Bunga Bangkai, tetapi aku ndak pernah melihat langsung sebelumnya. Hanya tau dari menonton video youtube, yang kebetulan juga waktu itu videonya diambil dari acara berita dari Balikpapan. Beritanya itu mengenai adanya Bunga Bangkai, di sekitar daerah Babulu.
Tetapi setelah menonton ulang acara Berita itu, aku belum pernah melihat secara langsung Bunga Bangkai itu. Pas juga kebetulan kerja di Perkebunan Pisang milik tetangga untuk mengumpulkan kayu.
Adek ku memberitaukan, kalau di Perkebunan Pisang ini ada Bunga Bangkainya. Jadi, kebetulan juga di sini disela-sela istirahat ku luangkan sedikit waktu. Untuk mengamati dan melihat Bunga Bangkai, yang ada di Perkebunan Pisang milik tetangga ini.
Bunga Bangkai ini selain berada di Perkebunan Pisang, bunga ini juga ada di dekat hutan Bambu yang berada di samping Perkebunan Pisang ini juga.
Sekitar dua hari dalam jarak semingguan melihat dan sedikit mengamati Bunga Bangkai ini.
Hari pertama melihat Bunga Bangkai
Kamis, 23 November 2017 pergi ke kebun tetangga untuk mencari kayu bakar, yang akan dijual di depan rumah, ndak hanya Aku tapi juga bersama Bapak dan kedua Adek. Tentu kami sudah meminta izin, kepada pemilik kebun. Malah pemilik kebunlah, yang menyuruh kami untuk mengambil semua kayu di Perkebunan Pisangnya ini.Ada kayu yang kering lama tumbang karena angin atau disambar petir, ada juga kayu yang masih berdiri tapi kering meski masih terlihat kokoh. Semua kayu itu boleh ditebang dan dijadikan kayu bakar.
Biasanya di beli oleh orang-orang dari pabrik tahu/tempe, pembuat batu bata bahkan yang sedang ingin mengadakan acara pernikahan. Mereka membutuhkan kayu bakar ini, untuk dijadikan bahan dasar pada proses pembakaran.
Pemilik kebun juga sangat tertolong karena kami, mengambil kayu-kayunya ini. Kayu-kayu yang menurut si pemilik kebun, mengotori perkebunannya saja. Dia berencana akan mengubah Perkebunan Pisangnya, menjadi Perkebunan Kelapa Sawit. Memang Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet, digemari di daerah sini.
Bapak yang menebang dan memotong kayu, sedangkan Aku bersama kedua Adek lah yang mengumpulkan kayu. Kadang kami bertiga yang mendorong kayu keluar kebun ini, menggunakan gerobak yang dibuat oleh Bapak.
Sore itu Bapak lebih deluan bersama Basir pergi ke kebun itu untuk mengumpulkan kayu, sedangkan Aku dan Adek ku yang masih SD menyusul. Adek ku yang SD kelas 6 juga ikut membantu, tapi kadang hanya sekedar melihat-lihat saja.
Karena dia ndak ada yang dikerjakan sepulang sekolah, dari pada harus terus main sama anak-anak kecil tetangga rumah. Dia memilih ikut ke sini bersama kami, sekalian membantu atau hanya memperhatikan saja.
Adek ku inilah yang memberitaukan tempat di kebun ini, ada Bunga Bangkai. Dia pernah melihat sebelumnya, Aku pun juga penasaran untuk melihat langsung Bunga Bangkai yang dimaksudnya itu. Aku mengikutinya, menuju ke tempat di perkebunan ini yang ditumbuhi Bunga Bangkai itu.
Bagian kebun itu sudah di lakukan pembersihan dengan menebas, rumput di sekitarnya. Aku melihat juga, Bunga Bangkai yang dimaksud oleh Adek ku ini. Bunga Bangkai ini juga sudah terkena, tebasan pada bagian tengah bunganya.
Melihat bagian pada Bunga Bangkai ini, terkena tebasan membuatku sedikit kecewa. Karena melihat Bunga Bangkai ini, dalam keadaan ndak utuh disebabkan tebasan sehabis pembersihan kebun.
Ada bagian Bunga Bangkai lepas akibat terkena tebasan, bagian itu masih berada di dekat Bunga Bangkai ini. Aku pun mengambil dan memasangnya ke bagian yang sesuai, dengan bekas tebasan di Bunga Bangkai ini. Sehingga Bunga Bangkai ini, terlihat sedikit lebih utuh daripada sebelumnya.
Aku penasaran apa benar ini Bunga Bangkai ndak ada bau, ndak ada lalat yang berada di sekitaran Bunga Bangkai ini. Sehingga Aku sempat berpikir, mungkin ini bukan Bunga Bangkai yang dimaksud.
Merasa kecewa lagi, Aku kembali pergi ke tempat mengumpulkan kayu bakar. Kembali mengumpulkan kayu untuk menyelesaikan tumpukan kayu-kayu bakar ini. Kayu-kayu ini akan dikumpulkan dan ditumpuk dulu, setelah itu dengan gerobak akan dibawa keluar dari Perkebunan Pisang ini.
Kalau tempat sebelumnya, susah untuk mengeluarkan tumpukan kayu bakar ini menggunakan gerobak.
Karena jalanannya sempit dan melewati perkebunan cabe, bila bagian gerobak mengenai batang cabe, maka akan mengalami kerusakan pada pohon cabe milik orang itu. Maka dari itu sebelumnya untuk mengeluarkan kayu bakar yang telah ditumpuk ini, harus menggunakan Argo.
Sekitar jam 4 sore, tiba-tiba saja hujan membuat kami berteduh. Meskipun hujan yang mengguyuri kami ndak terlalu lebat, tapi lumayan bisa membuat kami basah kuyup juga.
Karena ndak ada tempat berteduh, seperti pondok di perkebunan ini. Maka kedua Adek, mereka memotong daun pisang yang lebar cukup untuk melindungi kepala dan sedikit badan mereka dari air hujan. Begitu juga dengan Bapak.
Aku yang merasa ndak mau terlalu repot, ikut di bagian sisa daun pisang yang cukup panjang milik Basir. Tapi malahan dia memotong bagian itu, Aku yang ingin segera berteduh menghindari hujan, segera mendekati pohon pisang di sekitar sini. Bukan untuk memotong daun pisangnya, tetapi langsung saja berteduh dari hujan di bawah daun pisang yang lumayan lebat.
Namun, hujan bukannya makin sedikit tapi malahan bertambah deras. Aku langsung mencari tempat teduhan, yang lebih nyaman dari pada di sini. Karena di bawah pohon pisang ini, air hujan sudah mulai dapat menembusnya.
Dari pada nanti selesai hujan, ketika mulai lagi mengumpulkan kayu sambil basah kuyup. Lebih baik Aku mencari lagi, tempat teduhan yang tentunya lebih aman dari guyuran air hujan.
Menemukan tempat teduhan di bawah pohon Anau, pohon Anau ini memiliki daun yang lumayan lebat. Sehingga cukup untuk berteduh dari guyuran air hujan, tatapi harus merapat di dekat batangnya.
karena pohon Anau ini memiliki daun yang mengarah naik ke atas, tidak lebat melebar ke samping seperti pohon berbatang keras. Meskipun air hujan masih bisa mengenai baju, tetapi hanya sedikit saja yang terkena.
Aku masih ingat bila terjadi hujan lebat, ndak boleh berteduh di bawah pohon besar yang berdaun lebat. Meski hujan ini lumayan deras, ndak ada petir ataupun guntur yang menyambar-nyambar di langit.
Sehingga menurutku di bawah pohon Anau ini, aman saja untuk di jadikan tempat berteduh. Bapak dan kedua Adek, juga merapat di dekat pohon Anau ini untuk berteduh
Hujan ini ndak berlangsung lama, terlihat hujan mulai reda kami melanjutkan mengumpul kayu. Kayu di tumpukkan di beberapa tempat, agar mudah dikeluarkan nantinya menggunakan gerobak yang akan kami sorong.
Jika sudah sampai keluar, dari Perkebunan Pisang ini. Kayu-kayu ini akan di tumpuk lagi, tetapi hanya di satu tempat saja. Sebelum nantinya ditumpuk lagi di depan rumah.
Saat ditumpuk menuju depan rumah, tumpukan kayu ini bisa disorong kembali menggunakan gerobak menyeberangi jalan raya. Atau menggunakan mobil pick up pemilik kebun, yang berjanji akan mengantarkan kayu ke depan rumah kami.
Asik mengumpul kayu bakar, Basir akhirnya ikut penasaran juga dengan Bunga Bangkai yang dimaksud-maksud oleh Adek dari tadi. Ia minta ditunjukkan jalan menuju ke tempat adanya Bunga Bangkai itu. Dia bersama Adek, menuju ke sana sedangkan Aku masih melanjutkan yang sedang ku kerjakan.
Mereka ndak terlalu lama untuk melihat Bunga Bangkai ini, hanya untuk menjawab, rasa penasaran Basir saja. Setelah kembali dari melihat Bunga Bangkai, kata Adek ku bunganya semakin mengeluarkan bau yang ndak sedap.
Meskipun begitu Aku tetap ndak percaya, karena Aku setelah dari sana ndak mencium aroma dari Bunga Bangkai ini. Aku yang kembali penasaran, menuju ke tempat Bunga Bangkai itu lagi.
Seperti biasa Adek ku yang masih SD inilah, yang mengantarkan menuju ke tempat adanya Bunga Bangkai itu. Karena Aku sempat lupa, menuju ke bagian perkebunan yang ada Bunga Bangkainya tadi. Dari pada kebingungan, lebih baik mengajak Adek ku ini saja.
Dia juga semangat, mengantarkan Aku karena dia memang yang paling senang bila menunjukkan, tempat adanya Bunga Bangkai ini. Meskipun Aku berjalan bersama Adek ku ini.
Tetap saja Aku salah mengambil jalan, sehingga Aku di kembalikan ke arah jalan yang benar oleh Adek ku. Jadi, dia saja yang ku suruh untuk berjalan lebih deluan, biar Aku saja yang mengikutinya.
Sesampai di tempat yang dimaksud, kini Aku melihat dan memperhatikan baik-baik lagi Bunga Bangkai ini. Ndak taunya Bunga Bangkai ini telah dikerumuni oleh beberapa lalat.
Kembali mencoba mencium aroma Bunga Bangkai ini, masih saja ndak ada bau tapi Adek ku mengatakan sangat bau, padahal Aku sudah menghirup dengan sangat kuat. Apakah ini pengaruh dari hidungku yang sedikit mampet, dikarenakan pilek sebab cuaca buruk ini.
Hari kedua melihat Bunga Bangkai
Kamis, 30 November 2017 setelah beberapa hari kemarin ada tetangga yang memesan kayu, rumahnya juga ndak terlalu jauh dari tempat kami mengumpulkan kayu. Pembeli hanya mengambil kayu, yang sudah keluar dari kebun saja. Jadi, Aku bersama Basir lah yang mengantarkan kayu ke rumahnya, hanya beberapa gerobak.Kembali penasaran dengan Bunga Bangkai, yang mulai mekar lagi. Karena sebelumnya, sempat melihat Bunga Bangkai yang belum mekar. Sehingga menunggu beberapa hari, untuk melihat kembali apa Bunga Bangkai ini akan mekar juga.
Aku merasa penasaran juga, apa dalam waktu sekitar semingguan Bunga Bangkai itu sudah bisa mekar. Mungkin kemarin, memang disebabkan mampetnya hidungku karena pilek, sehingga ndak dapat mencium aroma dari Bunga Bangkai ini.
Setelah sampai di tempat yang di tujuan, langsung saja Aku mencium bau yang ndak sedap. Ndak taunya Bunga Bangkai ini, sudah benar-benar mekar. Makanya datang-datang ke sini, langsung di sambut dengan bau yang ndak sedap.
Karena bunga lainnya itu mengeluarkan aroma yang wangi sehingga lebahlah yang tertarik. Berbeda dengan Bunga Bangkai, yang membantu penyerbukannya adalah lalat.
Di sekitar dekat Bunga Bangkai ini, ada dedaunan yang bercabang-cabang dengan batangnya yang lunak. Kalau dilihat-lihat dari batangnya sampai dedaunannya berwarna hijau, meskipun pada bagian batang lunaknya itu ada tutul-tutul berwarna putih.
Bisa baca di sini:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Suweg
setelah melihat Bunga Bangkai yang ini, timbul rasa penasaran dengan Bunga Bangkai yang satunya lagi. Sebelumnya sudah pernah ku lihat, Bunga Bangkai itu bentuknya sudah lebih layu dan hancur karena terkena tebasan, daripada Bunga Bangkai yang ini yang terlihat utuh.
Jadi, Aku bersama Adek ku ini kami pergi menuju ke tempat Bunga Bangkai yang kami lihat sebelumnya.
Sampai di tempat yang kami tuju, Ndak taunya Bungai Bangkainya sudah benar-benar layu dan berwarna kecokelatan. Sudah ndak ada bagian tengah bunga, dan sudah ndak berbentuk Bunga Bangkai lagi.
Setelah merasa puas melihat Bunga Bangkai ini, kami melanjutkan kerjaan, setelah sedikit tertunda untuk melihat Bunga Bangkai.
Komentar
Posting Komentar