Pawai Obor yang dilakukan waktu itu sangat ramai, sehingga untuk menyeberang pun kami sangat kesulitan. Slamet teman yang aku ikuti motornya ini memilih jalan tembus, untuk menuju SMAN 4 PPU.
Bisa baca juga:
Pawai Obor Di Babulu Memperingati Hari Pramuka Ke 56
Di jalanan yang di hamburkan koral ini, berada di tengah-tengah perkebunan sawit dan karet. Setelah perkebunan sawit ada persimpangan, kalau sampai persimpangan aku biasa belok ke kiri, tapi untuk menuju SMA kami harus terus lurus.
Jalanan ini biasa aku gunakan untuk menghindari keramaian jalanan, ketika waktu sekolah dulu. Aku juga sering melalui jalan ini, ketika mendorong motor yang mogok sampai ke rumah, dan menghindari razia di depan kantor polisi.
Mungkin Slamet pernah lewat jalanan yang memiliki banyak lubang ini, untuk menuju sekolah. Tapi ndak sesering aku, karena rumahnya cukup dekat dengan SMAN 4 PPU. Jadi dia bisa jalan sangat pagi, dan menghindari keramaian ataupun razia di jalan raya.
Sesampai kami di belakang lapangan SMAN 4 PPU. Slamet berencana untuk memarkirkan motornya, di samping rumah sekaligus warung langganannya dulu.
Sambil mengingat-ingat kalau dulu, dia sering memarkirkan motor kuningnya di situ. Dia paling pagi memarkirkan motor kuningnya di samping warung ini, di bandingkan teman-teman lain termasuk aku datang agak siang.
Kami dan beberapa teman seangkatan sering menaruh motor, di samping warung itu di luar lingkungan sekolah. Sebenarnya SMA memiliki parkiran sendiri, tetapi kalau keluar sebelum waktu pulang ndak bisa, karena gerbang masih di tutup.
Kami memilih parkir ndak di tempat parkir SMA, agar dapat pulang setelah habis jam pelajaran meskipun belum waktunya pulang dan gerbang masih tertutup.
Setelah Slamet memarkirkan motornya di samping warung itu, kami menuju lapangan sekolah. Mumpung lagi di lingkungan sekolah, kami berencana keliling-keliling sekolah untuk mengingat kenangan ketika masih sekolah di SMA ini.
Kami pergi ke depan kelas XII IPS 1, di depan kelas itu ada tempat duduk terbuat dari semen dan keramik. Aku coba untuk berebah di tempat duduk yang lumayan lebar ini.
Waktu istirahat atau ndak ada jam pelajaran dulu, aku selalu berebah di tempat duduk ini. Beberapa kali di tegur oleh guru yang lewat "Kalau ingin berbaring di Musholah atau di UKS saja", tapi aku lebih suka di depan kelas. Karena lebih adem dan kalau masukkan atau bel berbunyi, langsung bangun dan masuk kelas.
Kami menuju ke perpustakaan, ndak jauh dari kelas kami dulu. Di depan perpustakaan ada pintu samping kantor sekolah, ku lihat sudah ada atap saling menghubungkan antara depan perpustakaan dengan pintu samping kantor, dulu seingat ku belum ada.
Kami juga melihat-lihat isi Mading. yang juga berada di depan perpustakaan bagian kanan. Tanpa ku sadari bahwa cet dinding SMAN 4 PPU masih sama seperti dulu. Ketika kami sudah mendekati kelulusan di kelas tiga, kami mengecet dinding kelas kami yang mana cet itu belum di ganti sampai sekarang.
Aku ingat untuk mengecet bagian luas di samping perpustakaan ini. Aku den beberapa teman mendapatkan bagian untuk mengecet dinding ini, kami membeli dan menggunakan roll bukan kuas, padahal disuruh harus menggunakan kuas saja.
Karena diketahui oleh guru yang mengawasi kami, akhirnya kami pun kena marah dan semua peralatan roll disita. Membuat kami marah dan malas melanjutkan alias ngambek. Jadi kami istirahat saja di warung belakang kelas kami. Dan membiarkan siswa lain melanjutkan mengecet bagian luas dan tinggi itu menggunakan kuas.
Setelah mengingat itu kami melanjutkan kembali ke parkiran, di samping lab. Di parkiran ini kami sering menunggu dibukanya gerbang, untuk menandakan pulang ketika waktu pelajaran telah selesai, saat masih kelas satu SMA.
Parkiran di SMAN 4 PPU memiliki dua tempat parkir, di samping lab dan di samping perpustakaan. Sedangkan kantor berada di tengah-tengah kedua tempat parkir itu.
Setelah itu kami berjalan ke belakang lab. Sambil melihat bekas warung, yang sering kami kunjungi ketika masih kelas satu dan dua di SMA. Tapi mungkin warung itu, sudah ndak terpakai lagi karena adanya kantin sekolahan..
Kami terus berjalan di belakang kelas, menuju ke lapangan untuk melihat siswa-siswi pramuka, melakukan pelaksanaan acara Pawai Obor.
Sambil memperhatikan kalau belakang kelas itu, ada jalan yang sering kami lalui dulu dan ndak di beri pagar berkawat. Kalau tahu seperti ini, kami lebih baik menaruh motor kami di sini saja. Tetapi tempat parkir motor kami, sudah terlanjur jauh dari sini.
Mendekati arah lapangan, kami bertemu dengan adek kelas dan kami bertegur-sapa berjabat tangan, sambil aku mengingat-ingat kembali namanya.
Dia bersama teman-temannya, akan menuju ke lapangan juga. Tetapi kami malah ke depan kelas dua, yang agak gelap dan duduk di tempat duduk terbuat dari kayu, sambil memperhatikan kelas lain yang sepi.
Aku kembali mengingat ketika kemah pramuka, tenda kami berada di depan kelas dua. waktu itu juga, kami masih kelas dua SMA lebih tepatnya di depan kelas kami sendiri.
Malam begini ingat ketika malam kemah, kelompok tenda kami dan beberapa teman lain bukannya tidur di dalam tenda, tetapi kami malah tidur di kelas yang pintunya terbuka.
Ada yang pintar main gitar sambil nyanyi lagu, sedangkan aku cuman bisa dengerin dan menggerakkan tangan saja, untuk menikmati lagu yang dinyanyikan karena aku kurang mengerti musik.
Merasa sudah cukup mengenang masa sekolah kami pun menuju ke kelas paling ujung.
Saat kami berdiri di depan kelas itu, ada Pak guru kebetulan lewat di situ yaitu Pak Lukman, yang mengajar Bahasa Indonesia. Kami pun menyaliminya. Pak guru masih ingat dengan Slamet tapi lupa dengan aku. Aku langsung mengatakan kalau "saya Nasir", barulah ingat. Lalu Pak Lukman jalan lagi, katanya ia ingin patroli sambil bercanda.
Di ketawai oleh Slamet karena Pak Lukman sudah lupa dengan nama ku, dan masih ingat dengan Slamet. Katanya kalau dia ke sekolah SMAN 4 PPU ini, dia selalu menggunakan jaket yang sama ketika masih sekolah dulu. Sehingga guru-guru selalu mengingat dia.
Memang jaket yang dia miliki, sudah dibeli ketika masih sekolah dulu. Jaket yang lambangnya ada di anime Shingeki no kyojin ini, sering digunakan di sekolah. Jaket ia punya ini memang berukuran besar, dan dia beli di warung kosplay samping Gang Ali.
Setelah melihat-lihat Pawai obor dari depan kelas ini, kami pun berencana untuk pulang meskipun acara Pawai Obornya belum selesai.
Bisa baca juga:
Pawai Obor Di Babulu Memperingati Hari Pramuka Ke 56
Di jalanan yang di hamburkan koral ini, berada di tengah-tengah perkebunan sawit dan karet. Setelah perkebunan sawit ada persimpangan, kalau sampai persimpangan aku biasa belok ke kiri, tapi untuk menuju SMA kami harus terus lurus.
Jalanan ini biasa aku gunakan untuk menghindari keramaian jalanan, ketika waktu sekolah dulu. Aku juga sering melalui jalan ini, ketika mendorong motor yang mogok sampai ke rumah, dan menghindari razia di depan kantor polisi.
Mungkin Slamet pernah lewat jalanan yang memiliki banyak lubang ini, untuk menuju sekolah. Tapi ndak sesering aku, karena rumahnya cukup dekat dengan SMAN 4 PPU. Jadi dia bisa jalan sangat pagi, dan menghindari keramaian ataupun razia di jalan raya.
Sesampai kami di belakang lapangan SMAN 4 PPU. Slamet berencana untuk memarkirkan motornya, di samping rumah sekaligus warung langganannya dulu.
Sambil mengingat-ingat kalau dulu, dia sering memarkirkan motor kuningnya di situ. Dia paling pagi memarkirkan motor kuningnya di samping warung ini, di bandingkan teman-teman lain termasuk aku datang agak siang.
Kami dan beberapa teman seangkatan sering menaruh motor, di samping warung itu di luar lingkungan sekolah. Sebenarnya SMA memiliki parkiran sendiri, tetapi kalau keluar sebelum waktu pulang ndak bisa, karena gerbang masih di tutup.
Kami memilih parkir ndak di tempat parkir SMA, agar dapat pulang setelah habis jam pelajaran meskipun belum waktunya pulang dan gerbang masih tertutup.
Setelah Slamet memarkirkan motornya di samping warung itu, kami menuju lapangan sekolah. Mumpung lagi di lingkungan sekolah, kami berencana keliling-keliling sekolah untuk mengingat kenangan ketika masih sekolah di SMA ini.
Kami pergi ke depan kelas XII IPS 1, di depan kelas itu ada tempat duduk terbuat dari semen dan keramik. Aku coba untuk berebah di tempat duduk yang lumayan lebar ini.
Waktu istirahat atau ndak ada jam pelajaran dulu, aku selalu berebah di tempat duduk ini. Beberapa kali di tegur oleh guru yang lewat "Kalau ingin berbaring di Musholah atau di UKS saja", tapi aku lebih suka di depan kelas. Karena lebih adem dan kalau masukkan atau bel berbunyi, langsung bangun dan masuk kelas.
Kami menuju ke perpustakaan, ndak jauh dari kelas kami dulu. Di depan perpustakaan ada pintu samping kantor sekolah, ku lihat sudah ada atap saling menghubungkan antara depan perpustakaan dengan pintu samping kantor, dulu seingat ku belum ada.
Kami juga melihat-lihat isi Mading. yang juga berada di depan perpustakaan bagian kanan. Tanpa ku sadari bahwa cet dinding SMAN 4 PPU masih sama seperti dulu. Ketika kami sudah mendekati kelulusan di kelas tiga, kami mengecet dinding kelas kami yang mana cet itu belum di ganti sampai sekarang.
Aku ingat untuk mengecet bagian luas di samping perpustakaan ini. Aku den beberapa teman mendapatkan bagian untuk mengecet dinding ini, kami membeli dan menggunakan roll bukan kuas, padahal disuruh harus menggunakan kuas saja.
Karena diketahui oleh guru yang mengawasi kami, akhirnya kami pun kena marah dan semua peralatan roll disita. Membuat kami marah dan malas melanjutkan alias ngambek. Jadi kami istirahat saja di warung belakang kelas kami. Dan membiarkan siswa lain melanjutkan mengecet bagian luas dan tinggi itu menggunakan kuas.
Setelah mengingat itu kami melanjutkan kembali ke parkiran, di samping lab. Di parkiran ini kami sering menunggu dibukanya gerbang, untuk menandakan pulang ketika waktu pelajaran telah selesai, saat masih kelas satu SMA.
Parkiran di SMAN 4 PPU memiliki dua tempat parkir, di samping lab dan di samping perpustakaan. Sedangkan kantor berada di tengah-tengah kedua tempat parkir itu.
Setelah itu kami berjalan ke belakang lab. Sambil melihat bekas warung, yang sering kami kunjungi ketika masih kelas satu dan dua di SMA. Tapi mungkin warung itu, sudah ndak terpakai lagi karena adanya kantin sekolahan..
Kami terus berjalan di belakang kelas, menuju ke lapangan untuk melihat siswa-siswi pramuka, melakukan pelaksanaan acara Pawai Obor.
Sambil memperhatikan kalau belakang kelas itu, ada jalan yang sering kami lalui dulu dan ndak di beri pagar berkawat. Kalau tahu seperti ini, kami lebih baik menaruh motor kami di sini saja. Tetapi tempat parkir motor kami, sudah terlanjur jauh dari sini.
Mendekati arah lapangan, kami bertemu dengan adek kelas dan kami bertegur-sapa berjabat tangan, sambil aku mengingat-ingat kembali namanya.
Dia bersama teman-temannya, akan menuju ke lapangan juga. Tetapi kami malah ke depan kelas dua, yang agak gelap dan duduk di tempat duduk terbuat dari kayu, sambil memperhatikan kelas lain yang sepi.
Aku kembali mengingat ketika kemah pramuka, tenda kami berada di depan kelas dua. waktu itu juga, kami masih kelas dua SMA lebih tepatnya di depan kelas kami sendiri.
Malam begini ingat ketika malam kemah, kelompok tenda kami dan beberapa teman lain bukannya tidur di dalam tenda, tetapi kami malah tidur di kelas yang pintunya terbuka.
Ada yang pintar main gitar sambil nyanyi lagu, sedangkan aku cuman bisa dengerin dan menggerakkan tangan saja, untuk menikmati lagu yang dinyanyikan karena aku kurang mengerti musik.
Merasa sudah cukup mengenang masa sekolah kami pun menuju ke kelas paling ujung.
Saat kami berdiri di depan kelas itu, ada Pak guru kebetulan lewat di situ yaitu Pak Lukman, yang mengajar Bahasa Indonesia. Kami pun menyaliminya. Pak guru masih ingat dengan Slamet tapi lupa dengan aku. Aku langsung mengatakan kalau "saya Nasir", barulah ingat. Lalu Pak Lukman jalan lagi, katanya ia ingin patroli sambil bercanda.
Di ketawai oleh Slamet karena Pak Lukman sudah lupa dengan nama ku, dan masih ingat dengan Slamet. Katanya kalau dia ke sekolah SMAN 4 PPU ini, dia selalu menggunakan jaket yang sama ketika masih sekolah dulu. Sehingga guru-guru selalu mengingat dia.
Memang jaket yang dia miliki, sudah dibeli ketika masih sekolah dulu. Jaket yang lambangnya ada di anime Shingeki no kyojin ini, sering digunakan di sekolah. Jaket ia punya ini memang berukuran besar, dan dia beli di warung kosplay samping Gang Ali.
Setelah melihat-lihat Pawai obor dari depan kelas ini, kami pun berencana untuk pulang meskipun acara Pawai Obornya belum selesai.
Komentar
Posting Komentar