Langsung ke konten utama

Kelapangan Bersama Ibu Untuk Nonton Bareng Film G30S/PKI

Mendapatkan film G30S/PKI dari Slamet, sedangkan dia mengunduh film ini dari Youtube. Sebenarnya, waktu itu aku menyuruh dia untuk mengunduh film itu. Karena di berbagai media online, sedang ramai membahas tentang Nonton Bareng Film G30S/PKI yang akan diadakan.. Kebetulan juga mendapatkan beritanya, membuatku penasaran untuk membaca artikel, yang membahas Nonton Bareng Film G30S/PKI.

Nonton Bareng Film G30SPKI Di Lapangan Babulu

Selama ini, aku hanya sekedar mendengar dari ortu ku, bagaimana kengerian dan kejamnya masa itu. Sedangkan ortu ku sendiri, mendengarkan kisah sejarah G30S/PKI dari orang tua mereka, yaitu Kakek dan Nenek ku yang sudah lama meninggal.

Memang Bapak dan Ibu ku, ndak merasakan langsung masa adanya PKI. Karena masa itu, Bapak ku masih dalam kandungan, sedangkan Ibu ku masih berumur 5 tahun. Tetapi orang tua dari kedua ortu ku, mereka merasakan ngerinya masa ketika adanya PKI. Karena mendapatkan film yang di unduh oleh Slamet tadi. Selain aku dan adek-adek ku, kedua ortu ku juga antusias menonton film, G30S/PKI di PC ku.

Aku kira Nonton Bareng Film G30S/PKI yang disebarkan di media online itu, hanya berlaku untuk kota-kota besar saja. Ndak taunya, di desa tempat tinggal ku juga akan diadakan Nonton Bareng Film G30S/PKI di Lapangan Sepak Bola Babulu. Setelah melihat Spanduk, yang ada di depan Lapangan Sepak Bola Babulu.

Spanduk yang ada di depan Lapangan Sepak Bola Babulu, mengajak Nonton Bareng Film G30S:PKI. Setelah diperhatikan lebih teliti, jejeran spanduk di situ, baru menyadari bahwa ada dua spanduk. Untuk mengajak Nonton Bareng Film G30S/PKI di Lapangan Sepak Bola Babulu

Pada Jumat sore, 29 September 2017. Saat itu aku masih santai di ruang tamu, bersama adek dan ibu ku. Kami asik menceritakan mengena sejarah G30S/PKI. Terutama sehabis menonton beberapa kali, film G30S/PKI yang aku dapatkan dari Slamet.

Terutama Ibu ku sangat antusias, sebab selama ini Ibu hanya mendengarkan kisah dari, Kakek dan Nenek saja. Selain itu aku juga, menanyakan berbagai hal mengenai sejarah ketika adanya PKI dari Ibu ku. Adek ku juga ikut, membahas mengenai sejarah PKI, yang ia tau dari guru sekolah SD-nya.

Asik kami membicarakan itu, ada suara pengumuman, akan diadakannya Nonton Bareng. Pengumuman ini disampaikan, melalui toak dan berjalan menggunakan mobil. Yang ku kira saat itu, adalah Nonton bareng yang ada di Lapangan Babulu.

Aku pun menanyai Slamet, melalui BBM milik Basir, karena dia sering aktif di BBM. Kata dia, itu bukan pengumuman mengenai Nonton Bareng di Lapangan Babulu, tapi di tempat lain. Sedangkan untuk Nonton Bareng yang ada di Lapangan Sepak Bola Babulu, akan diadakan besok malam.

Hari Sabtu, 30 September 2017. Ndak seperti biasanya. Kalau hari Sabtu ini, TK di samping rumahku libur. Jadi, aku merasa sedikit aneh saja, karena adek-adek ku pada sekolah. Padahal beberapa sekolah lainnya, yang sudah menggunakan jam pelajaran fullday libur juga, pada hari Sabtu.

Sabtu sorenya, barulah pengumuman disampaikan melalui toak dan menggunakan mobil yang berjalan pelan. Pengumuman ini mengenai, Nonton Bareng Film G30S/PKI yang akan diadakan di Lapangan Sepak Bola Babulu. Aku ndak begitu jelas mendengarkannya, karena berada di kamar dan adanya suara ribut kendaraan lain. Tapi aku tau, kalau pengumuman itu mengenai Nonton Bareng nanti malam.

Malam harinya, Sudah mengetahui kalau Nonton Bareng Film G30S/PKI akan dimulai ketika selesai Isya. Sebenarnya adekku yang SD, berencana akan berangkat bersama Ibu menuju Lapangan. Tetapi karena dia sudah diajak oleh temannya sebelum Isya, jadi dia berangkat deluan. Maka dia ndak bisa jalan bersama Ibu, sebab Ibu akan berangkat setelah Isya

Sedangkan Basir sudah janji, akan berangkat bersama teman-temannya. Sebelum berangkat, Basir ngumpul bersama teman-temannya di bekas kios depan rumah, mereka akan berjalan bersama-sama. Ia dan teman-temannya, akan berangkat menggunakan motor menuju ke Lapangan.

Karena kedua adek ku akan berjalan bersama temannya masing-masing. Sedangkan aku sebenarnya, sudah janji akan berangkat bersama teman-temanku juga. Tapi Ibu, akan jalan ke Lapangan, ndak ada yang menemani Ibu, jadi aku saja menemani pergi ke Lapangan.

Sehabis Isya, kami berniat untuk jalan menuju ke Lapangan, tetapi belum jalan Slamet sudah datang dengan motornya. Karena aku akan berjalan bersama Ibu, maka aku ndak jadi jalan bersama Slamet dan Irfan ke Lapangan, yang sepeti sudah kami janjikan.

Selain itu, aku juga menanyai Irfan yang belum datang, padahal dia akan ikut bersama kami. Irfan ndak jadi ke Lapangan untuk Nonton Bareng, karena dia sedang sibuk, ada acara di dekat rumahnya dan dia harus hadir di acara itu. Seperti itu yang ku dengar dari Slamet.

Karena sudah mengetahui, Irfan ndak akan Nonton bareng bersama kami dan aku juga akan jalan bersama Ibu ku menuju ke Lapangan. Maka aku menyuruh Slamet jalan deluan, serta menawarkan kepada Ibu, untuk ikut dengan Slamet saja menggunakan motor. Tetapi Ibu menolak, Ibu lebih memilih berjalan kaki saja, bersama aku menuju Lapangan.

Sebenarnya tadi, sebelum berangkat aku ingin menggunakan motor poswan yang ada di rumah, untuk berangkat bersama Ibu menuju Lapangan. Tetapi Ibu menolak, Ibu memilih jalan kaki saja menuju Lapangan. Karena kalau ada acara seperti ini, akan sangat ramai sekali oleh pengendara lain, akan membuat kita kerepotan kalau menggunakan motor, terutama susah untuk menyeberang. Tetapi kalau berjalan kaki kita ndak perlu menyeberang..itu pendapat Ibu, sehingga aku dan Ibu berjalan kaki saja menuju Lapangan.

Basir masih saja ngumpul bersama teman-temannya, dia mengatakan akan berangkat nanti saja. Sebab dia sekarang masih asik, dengan teman-temannya. Jadi kami berangkat deluan dari pada mereka.

Aku dan Ibu menuju ke Lapangan dengan berjalan kaki, di sepanjang perjalanan kami melihat ramainya orang-orang lalu-lalang untuk menuju ke Lapangan Sepak Bola Babulu. Selain aku dan Ibu ku yang berjalan kaki, ada orang-orang yang berjalan kaki juga, menuju ke arah yang sama dengan kami.

Sebenarnya jarak Lapangan dengan rumah ku ndak terlalu jauh, memang bisa ditempuh dengan hanya berjalan kaki saja. Maka ndak heran bila beberapa orang, terutama tetangga sekitar rumah, ada juga yang berjalan kaki menuju Lapangan untuk Nonton Bareng.

Dekat lapangan sudah ada Slamet sedang menunggu kami, di tempat yang seperti di janjikan. Dia menunggu kami dari tadi. Ndak terlihat motor yang ia bawa, ndak taunya motornya sudah diparkirkan ndak jauh dari tempatnya menunggu kami.

Karena kami masih berada di luar Lapangan, dan Lapangan hanya berjarak beberapa meter saja dari tempat kami sekarang. Maka Ibu, aku dan Slamet berjalan bersama ke Lapangan bersama-sama. Di depan Lapangan sudah mulai ramai oleh orang-orang, terutama pengendara bermotor.

Kami masuk ke Lapangan dari, jalan masuk yang berada di depan lapangan. Jalan masuk ini terlihat ramai oleh para penjual. Selain penjual jajanan, ada juga penjual mainan dan hiburan untuk anak-anak serta orang-orang yang ingin Nonton Bareng.

Setelah melewati tempat masuk yang dipenuhi oleh para penjual tadi. ada tempat luas yang ndak ada stand penjual. Tempat ini sepertinya dilarang untuk para penjual, mungkin tempat ini adalah tempat para penonton untuk menonton Film G30S/PKI.

layar tancap Nonton Bareng

Terlihat dari sini, di tengah Lapangan ada dua layar yang lebar, mungkin itu yang disebut dengan layar tancap. Aku kurang mengetahui, apa itu yang dinamakan dengan layar tancap. Karena jujur baru pertama kali ini saja, aku pergi ke tempat Nonton Bareng yang kebetulan juga, diadakan di desa tempat tinggal ku.

Kami menuju ke tengah Lapangan, agar dapat melihat lebih dekat lagi. Di sini belum terlalu ramai, mungkin karena film belum di mulai. Video diputar oleh panitia saat ini, adalah video berita mengenai sejarah G30S/PKI. Selain itu, aku melihat sekitaran kami, ada sebuah lampu sorot terang. Membuat Slamet sedikit risih, karena silaunya cahaya lampu sorot itu.

Ada jejeran kursi khusus yang di beratapkan dari serobong kecil, karena jumlah kursi itu terbatas saja, mungkin kursi-kursi itu untuk tamu khusus juga. Meskipun aku ndak tau pasti, siapa yang akan duduk di kursi itu.

Penonton juga dapat duduk di kursi plastik biasa, tapi jumlah kursi ini juga terbatas dan lebih sedikit dibandingkan dengan kursi-kursi tadi. Ada juga terpal, dapat di jadikan alas tempat duduk para penonton, yang lumayan luas. Alas tempat duduk dari terpal ini, tersusun dari beberapa terpal. Sehingga bagi penonton yang kebagian tempat, bisa duduk di atas terpal ini. Terutama bagi penonton, yang datang lebih deluan dari pada penonton lainnya.

Yang kulihat saat ini, masih luas bagian terpal yang kosong, belum diduduki oleh para penonton, terutama bagian tengah terpal. Ibu ku duduk di terpal bagian pinggir, kebetulan masih ada tempat untuk diduduki. Di dekat Ibu, sudah ada orang yang duduk sedang menonton video di layar.

Melihat Video Yang Di Tayangkan Nonton Bareng

Sedangkan aku dan Slamet masih berdiri saja, kami ndak duduk. Kami melihat video yang diputar oleh panitia, video masih berita-berita mengenai sejarah G30S/PKI. Suara video dapat terdengar jelas, karena menggunakan spekear salon.

Aku mencoba untuk memfoto dari sini, tapi sayangnya kamera Hp yang adek ku miliki ini, kurang mendukung bila minim cahaya. Aku kali ini membawa Hp untuk memfoto yang ada di sini, meskipun kali ini aku meminjam Hp milik si Basir.

Meskipun Hp ini sudah memiliki Blitsz, agar dapat memfoto dalam kegelapan. Tapi sayangnya, cahaya Blitsz dari Hp ini masih kurang, untuk menerangi bagian yang ingin ku Photo. Selain itu juga, kekurangan dari kamera Hp ini, memang kemampuan dari kameranya kurang bisa memfoto dalam keadaan gelap. Meskipun menggunakan Blitsz dari kamera Hp ini, hanya dapat menangkap cahaya dalam jarak yang sangat pendek saja.

Karena merasa bosan berdiri sini, dan video di putar hanya ini saja berulang kali. Maka kami akan berkeliling siapa tau ada sesuatu yang bagus di lihat. Jadi aku memberitaukan Ibu, kalau aku akan berkeliling Lapangan untuk melihat-lihat. Agar ibu ndak pergi dari tempat duduknya saat ini, jadi aku akan mudah menemui Ibu lagi.

Kami berjalan menuju ke parkiran, yang juga dekat dengan para penjual yang berada di jalan masuk Lapangan. Parkiran ini berada di pojok Lapangan dan di samping batas stand penjualan ini, hanya dibatasi dengan tali rapia saja. Agar jejeran motor ini ndak memasuki tempat para penjual dan penonton.

Ndak tau juga kenapa, kami malah berjalan memasuki parkiran dan mengelilingi parkiran. Sambil melihat-lihat jejeran motor rapi yang di parkirkan, ada juga siswa berseragam Pramuka sedang mengatur kendaraan agar dapat parkir. Tanpa kami sadari, setelah mengelilingi parkiran ndak taunya kami kembali lagi, di tempat kami berdiri tadi di dekat parkiran ini.

Penjual pentol saat Nonton Bareng

Di tempat kami berdiri saat ini, ada penjual pentol yang menggunakan sepeda motor. Untung kali ini, kami membawa uang. Jadi bisa membeli sesuatu di Lapangan ini. Ndak lupa juga dengan Ibu, jadi aku membeli dua bungkus pentol, untuk ku dan Ibu sedangkan Slamet membeli sendiri.

Pentol ini dibungkus dengan plastik pembungkus, yang biasa digunakan untuk membungkus minuman es. Lalu pentol di dalam bungkusan itu, akan diberi saos. Tau Ibu ndak bisa makan yang pedas-pedas, maka aku meminta kepada Pak le' penjualnya, beri saos manis untuk kedua bungkus pentol yang ku beli. Sedangkan Slamet meminta saos pedas.

Ndak enak rasanya bila makan deluan, dan ndak memberikan kepada Ibu lebih dulu. Jadi kami kembali ke tempat Ibu berada tadi, seingatku Ibu duduk di pojok samping terpal. Sesampai di tempat tadi, ndak taunya tempat sudah ramai. Mana juga kondisi tempat agak gelap di bagian sini, sedangkan Ibu memakai jaket berwarna hitam. Melihat-lihat tapi ndak langsung mencari, karena tau kalau ibu tadi berada di sekitar sini.

Akhirnya setelah melihat lebih ke kiri lagi, aku dapat menemukan Ibu yang memang ndak jauh berada di tempat ku. Aku melihat memang terlalu jauh, setelah menengok agak ke bawah sedikit, barulah aku melihat Ibu sedang duduk bersama penonton lainnya. Aku menghampiri Ibu, dan memberikan bungkusan pentol yang ku beli tadi. Ibu menyuruh ku untuk mencarikannya kacang, jadi aku akan mencoba berkeliling lagi untuk mencari penjual kacang.

Slamet menunggu di luar kerumunan para penonton, dia ndak mau berdesakan dengan para penonton lain. Aku mengatakan kepada dia, bahwa Ibu ku menyuruh di carikan kacang. Maka kami pun berkeliling lagi dan mencari ke tempat penjual, yang belum kami datangi untuk mencari penjual kacang.

Berkeliling mencari penjual kacang, tapi ndak juga ketemu atau akunya saja kurang konsen mencarinya, sehingga ndak ketemu. Tetapi Slamet juga, ndak menemukan penjual kacang di sekitar Lapangan. Sepertinya di Lapangan ini ndak ada penjual kacang, padahal asik juga kalau nonton bareng sambil makan kacang.

Mungkin karena haus atau apa, Slamet mampir ke tempat penjual Pop Ice untuk membeli Pop Ice. Sebenarnya banyak penjual Pop Ice berjualan, tetapi dia malah mencari tempat penjual Pop Ice, yang sepi pembelinya. Mungkin dia ingin berbagi rejeki kepada penjualnya, atau ndak mau ngantri.

Kenapa beli Pop Ice? Kata ku padahal malam kan, ndak panas, pikir ku. Kata dia merasa kepedasan karena membeli pentol tadi, dia pesan saosnya yang pedas. Karena ndak tahan rasa pedas pada saos, makanya dia mampir di penjual Pop Ice. Padahal dia ingin mencari penjual es dibungkus plastik biasa, tapi di situ dia ketemunya hanya penjual Pop Ice saja.

minum es saat Nonton Bareng

Setelah Slamet membeli Pop Ice, aku mencari lagi penjual kacang. Tetapi hasilnya nihil, berhenti sebentar di dekat para penjual jajanan, aku melihat ada penjual Pop corn. Dari pada ndak mendapatkan apa-apa, aku membeli Pop corn ini saja. Kalau ku pikir bisa saja untuk pengganti kacang, karena asik juga kalau nonton sambil makan Pop corn.

Sehabis beli Pop corn tadi, kami maju sedikit keluar dari batas para penjual, untuk melihat video yang diputar. Ndak taunya video diputar masih berita mengenai sejarah G30S/PKI, sedangkan film belum juga di mulai. Tapi aku tetap menonton video itu, karena menurutku menarik. Tanpa sadar aku membuka bungkus Pop corn dan memakannya, membagikan kepada Slamet. Aku malah lupa untuk mencari Ibu, di kerumunan yang tambah banyak dan ramai.

Berniat mencari Ibu, ada yang menyentuh pundak belakang ku, eh ndak taunya Ibu ternyata, Ibu yang malah mencari kami. Ibu keluar dari kerumunan karena di sana terlalu ramai, dan terasa berdesakan dengan yang lainnya. Jadi Ibu keluar dari keramaian itu, lalu mencari kami yang memang berada di belakang para penonton. Ketika asik menonton menghadap layar, lagi-lagi aku ndak menemukan Ibu. Sepertinya Ibu sedang membeli atau mencari sesuatu.

Slamet juga saat itu menyuruhku menemani, untuk mengecek motornya. Motornya ada di parkiran yang berada di samping Lapangan. Parkiran ini berada di luar Lapangan, berada dekat dengan warung pinggir jalan. Aku terus berjalan ke depan, ku kira motornya berada di depan lagi. Slamet memanggilku, ndak taunya motornya sudah berada di belakangku, aku telah melewati motornya yang terparkir. dia sedang berada di dekat motornya itu, motor berwarna biru dan silver ini, berada di dekat motor-motor lain yang mulai memenuhi parkiran.

Slamet membuka jok motornya, dia ndak tunya malah mengambil permen, permen itu sengaja disimpan di dalam jok motornya ini. Melewati keramaian yang berada di depan Lapangan tadi, hanya untuk mengambil permen saja.

Habis dari parkiran, kami kembali ke tempat tadi kami berdiri. Setelah sampai di tempat tujuan, sudah ada Ibu di situ sedang menonton. Aku malah ditegur sama Ibu, karena suka jalan ndak jelas

Semakin lama kami lihat, semakin ramai orang-orang berkumpul di depan kami untuk menonton. Apalagi bagian paling depan ada tempat duduknya, makanya Ibu keluar dari kerumunan itu karena terlalu ramai. Sekitar 20:46 film dimulai, ketika film ditayangkan lampu sorot tadi, yang membuat kesilauan karena cahayanya. Kini telah dimatikan. Penonton semakin merapat untuk menonton, film G30S/PKI.

Setelah diperhatikan, ndak taunya film ditayangkan ini, film yang sama dengan yang telah di unduh oleh Slamet. Tapi bedanya film di sini, ndak ada adegan di sensor, sedangkan film yang aku tonton di rumah sudah ada sensornya. Ada tulisan "LULUS SENSOR TAHUN 2001" pada pembukaan film. Karena melihat film yang sama dengan yang Slamet miliki, maka dia mau pamitan deluan. Dia ndak berniat untuk menonton film sampai selesai.

Slamet pergi ke perkiran, tempat dia menaruh motornya. Dia mengira bahwa ndak akan membayar parkiran, ketika mau parkir tadi. Ketika ingin mengeluarkan motor dari dempetan motor lain, yang juga parkir di dekat motornya. Ia lumayan susah untuk mengeluarkan motornya itu, karena terlalu sempit akibat dempetan motor lainnya.

Ketika repot untuk dapat mengeluarkan motornya dari dempetan ini. Ada orang yang memang sudah dari tadi ada di situ, dia penjaga parkir yang mengatur parkiran ini. Dia mengeluarkan motor Slamet, dengan mengangkat bagian belakang motor lainnya. Sehingga ada ruang untuk mengeluarkan, motornya dari dempetan motor lain.

Setelah dengan usaha, akhirnya penjaga parkir ini, dapat mengeluarkan motor Slamet. Karena ndak memiliki uang Rp 2.000, maka dia memberikan uang Rp 10.000, yang tersisa dari kantongnya. Penjaga parkir itu ndak memiliki uang pecahan, untuk mengansul Slamet. Maka penjaga parkir itu menyuruh Slamet untuk menunggu, penjaga parkir tadi akan mencarikan uang pecahan, untuk ansulan dari para penjual yang ada di Lapangan.

Penjaga parkiran itu pun masuk ke Lapangan, untuk mencari para penjual agar dapat ditukarkan uangnya. Tetapi sayang penjaga parkiran itu ndak mendapatkan uang pecahan, penjaga parkir pun kembali lagi ke Slamet. Penjaga parkir mengembalikan uang Rp 10.000, tadi kepada Slamet lagi. Penjaga parkir mengatakan kepadanya, kalau Slamet bawa saja uangnya dengan kata lain, Slamet ndak usah membayar parkir alias gratis. Slamet pun pulang dengan perasaan lega, meski sedikit terganggu karena teringat, kalau dia ndak membayar parkir. Padahal dia melihat susahnya penjaga parkir tadi, mengangkatkan motor lain untuk mengeluarkan motornya dari parkiran.

Kami tadi bertiga pergi ke Lapangan, tapi karena Slamet sudah pulang jadi di sini bersama Ibu menonton film mengenai G30S/PKI. Penonton semakin ramai saja, ada yang duduk bagi yang mendapatkan tempat duduk, ada yang berdiri karena ndak ke bagian tempat duduk. Dan ada juga berfoto bareng temannya, berfoto bersama maupun berfoto selfie.

Asik dan lagi serius menonton film yang ditayangkan, ada saja drone terbang di atas kami. Drone ini sedang merekam para penonton yang berada di Lapangan dari atas. Kadang drone itu hanya diam di atas, kadang juga terbang kesana-kemari untuk merekam semua para penonton.

Ibu ku sedikit terganggu dengan drone itu, karena memiliki lampu yang membuat orang kurang konsen melihat film. Karena lampunya membuat perhatian tertuju pada drone, di gelapnya langit bukannya melihat film.

Setengah Lapangan ini yang digunakan untuk Nonton Bareng Film G30S/PKI, mulai dipenuhi para penonton. Dan penonton mulai merapat ke depan, termasuk aku dengan Ibu ku juga. Kami maju agak ke depan, karena orang-orang berada di depan kami mulai banyak. Ada beberapa orang yang lebih tinggi dari pada kami, sehingga melindungi kami untuk melihat layar.

Di bagian belakang penonton ini, masih enak bergerak karena para penonton belum terlalu rapat. Tetapi di bagian depan kami lagi, penontonnya sudah sangat rapat mungkin akan susah untuk bergerak. Kami mencari ke tempat yang ndak begitu rapat, dan ndak terlindung dari penonton lain..

Asik menonton dan juga memperhatikan sekitar, apa saja yang dilakukan oleh orang-orang yang menonton. Ada teman juga tetangga, menghampiri kami. Dia sudah bekerja di sebuah perusahaan, pembangunan Tower listrik yang biasa dikenal dengan SUTET.

Dia sebenarnya ingin ke tempat penjual, yang berada di belakang penonton untuk membeli sesuatu. Tapi karena dia bertemu dengan kami, jadi dia berhenti sebentar dan menyapa kami. Kami bersalaman dan dia menyalimi Ibu ku.

Kami berbincang dan menanyai kabar masing-masing. Bilang dia, jalan ke Lapangan bersama teman-teman sekerjaannya. Dia juga, menanyai di mana bapak dan adek-adek ku. Kalau Bapak ndak jalan ke Lapangan, sedangkan adek-adek ku berjalan bersama teman-temannya. Lalu dia bertanya sama siapa lagi aku jalan. Aku mengatakan bersama Ibu dan Slamet, tapi Slamet sudah pulang deluan.

Romantisnya jalan berdua sama Ibunya kata dia, Anjaiy. Kata dia bercanda, selain itu dia juga mengundang kami untuk ke acara pernikahannya. Dia memberitaukan calon istri dan tempat akan diadakan acara pernikahan. Tetapi aku kurang tau, tempat dia sebutkan untuk acara penikahannya. Setelah lama ngobrol dia pamitan, pergi ke tempat penjual untuk membeli sesuatu.

Film baru di putar beberapa menit, belum sampai seperempat film ibu sudah berniat untuk pulang. Karena melihat film yang sama, dengan yang di tonton di rumah, jadi sudah tau alur cerita film ini. Karena lama berdiri saja Ibu merasa pegal, dan kurang konsen nontonnya. Karena terlindung oleh orang di depan kami, Jadi kami pulang dengan berjalan kaki lagi.

Kami pulang melalui jalan masuk yang kami lalui tadi. Rasanya orang-orang memasuki Lapangan makin ramai, terasa dengan banyaknya orang yang beda arah dari kami. sedangkan di depan Lapangan, terlihat ada Pak Polisi sedang mengatur lalulintas. Selain itu juga, makin banyak kendaraan terparkirkan terutama kendaraan bermotor.

Kami terus berjalan ke rumah dengan berjalan kaki, sepanjang jalan kami melihat masih ramai orang menuju ke Lapangan. Orang-orang tadi sedang ngumpul, sekarang mereka mulai jalan bersama-sama menuju ke Lapangan. Tapi ada juga beberapa orang yang hanya sekedar ngumpul, ndak jalan ke Lapangan.

Ketika aku bersama Ibu ku berjalan sampai depan pertokoan, dekat dengan SDN 001. Basir menghampiri kami, dengan menggunakan motor milik temannya. Dia menjemput Ibuku dan meminta kembali Hpnya, yang ku pinjam tadi. Akhirnya aku pulang sendirian, dengan berjalan kaki menuju rumah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kostum Busana Unik Karnaval 17 Agustus Di Babulu

Kostum dan busana unik dalam Karnaval, biasa digunakan oleh setiap peserta Karnaval memang bermacam-macam. Mulai dari kostum busana keren sampai aneh sekalipun dapat dilihat dalam acara Karnaval. Bisa baca juga: Berbagai Acara Rayakan 17 Agustus Di Babulu Acara Karnaval di Babulu untuk memperingati 17 Agustus juga sangat meriah. Banyak peserta antusias untuk mengikuti Karnaval. Para peserta Karnaval menggunakan berbagai kostum busana unik. Mereka menggunakan kostum dan busana dalam Karnaval banyak mengambil berbagai tema, mulai dari tradisional sampai fantasi. Tetapi para peserta tetap akan menggunakan tema berhubungan dengan 17 Agustus tahun ini, Meskipun ada juga beberapa peserta Karnaval yang sedikit keluar dari tema 17 Agustus. Tetapi yang penting Karnaval dapat berjalan dengan lancar dan menampilkan berbagai kostum busana unik. Para peserta Karnaval menggunakan kostum busana unik, ada yang langsung ke tempat peminjaman busana, ada juga menggunakan kostum busana unik

10 Kostum Busana Unik Karnaval 17 Agustus

Menampilkan Kostum dan Busana unik , oleh peserta dalam memeriahkan Karnaval 17 Agustus. Berbagai kostum maupun busana unik, ditampilkan oleh warga Babulu yang mengikuti Karnaval. Mulai dari yang mewah, meriah, mencolok, sampai sederhana tetapi tetap terlihat unik. Acara Karnaval dalam rangka memperingati 17 Agustus, berlangsung sangat meriah. Terlihat banyaknya peserta yang antusias, mengikuti Karnaval dengan menggunakan kostum busana unik mereka. Entah itu kostum atau busana yang mereka buat sendiri dengan kreativitas. Ataupun menyewa kostum dan busana yang menurut mereka unik, untuk di tampilkan di sepanjang jalan raya Babulu. Warga Babulu juga sangat antusias, untuk melihat para peserta dan meramaikan Karnaval. Banyak tema yang digunakan oleh Peserta Karnaval, dalam Kostum dan Busana unik yang mereka kenakan. Mulai dari tema tradisional sampai fantasi, bahkan ada yang menggunakan tema bebas. Bebas menampilkan kreativitas dalam memilih kostum dan busana unik mereka. Beri

Video "Lamaran Si Ma'ul" Cerita Lucu Pendek Durasi 5 Menit

Berikut cerita lucu, video Lamaran Si Ma’ul Ingin berencana melamar pekerjaan, Ma’ul membawa semua persyaratan yang dibutuhkan. Dimulai dengan mengetok pintu, entah kenapa dia mengurungkan niatnya, mungkin karena ragu. Akhirnya Ma’ul, memutuskan untuk ndak jadi mengetok pintu dan pergi. Memperhatikan sekelilingnya, ndak taunya dia berada di tempat sepi. Ma’ul pergi berjalan tanpa arah dan tujuan, sambil terus melamun. Di sepanjang perjalanan di awali dengan lompatan aneh, kaget menginjak ranting, hampir jatuh terpeleset dan menghindari orang, yang hampir menabraknya. Baru Ma’ul sadari dan kaget, ketika dia berhenti di sebuah kuburan. Ketika Ma’ul berjalan sampai di perkebunan sawit, dia langsung menyapa seseorang yang sedang membersihkan pohon kelapa sawit. Tapi, orang itu ndak mengenali Ma’ul, sebenarnya begitu juga dengan Ma’ul. Mengetahui niat dan maksud Ma’ul, pengurus kebun pun memberikan berbagai pertanyaan. Ma’ul bisa menjawab, semua pertanyaan itu dengan enteng. S