PT STN atau Sukses Tani Nusasubur adalah nama dari salah satu perusahaan kelapa sawit yang ada di PPU. PT STN atau Sukses Tani Nusasubur, biasanya sering disebut sebagai "STN" saja.
Sebelumnya memang aku pernah ke STN, waktu saat masih sekolah dulu. Kami semua sekelas, menuju ke tempat wisata yang ada di STN. Waktu itu masih gratis, dengan fasilitas keamanan yang lengkap. Termasuk juga seorang pemandu, yang menjelaskan segala sesuatu yang ada di tempat wisata.
Kali ini diajak oleh seorang teman, yang bekerja sebagai supir pengangkut barang ke STN. Ia menggunakan mobil truk untuk mengangkut barang dan material yang diperlukan di STN.
Karena jarak menuju tempat tujuan lumayan jauh. Berada di pertengahan kebun kelapa sawit yang sangat luas. Jadi berbagai barang, sangat susah bila didapatkan di sana.
Ia membawa barangnya itu kemalaman, kebetulan mas supir ini masih mampir di rumah. Dia berencana mengajakku untuk ikut ke atas, maksudnya untuk melihat-lihat pabrik STN.
Sebenarnya pernah juga aku melihat pabrik kelapa sawit, berada ndak jauh dari kediamanku. Tapi waktu itu, hanya berani melihat dari kejauhan dan memfotonya untuk keperluan pribadi.
Mas supir ini sangat enak diajak ngobrol, sekitar 18 tahun bekerja sebagai supir di STN. Ia juga sudah memiliki banyak pengalaman, ndak hanya di supir saja. Seperti juga pengalaman bertukang, memelihara sapi dan bersawah.
Siap jalan ndak lupa menggunakan jaket, biar nanti ndak kedinginan. Lalu ikut duduk di kursi, bergabung dengan bapak dan mas supir untuk ngobrol. Ndak lama duduk langsung ditanya, sekarang kita berangkatnya. Tentu saja, mas supir dan aku berangkat menuju mobil truk yang ia bawa.
Di perjalanan, kami ngobrol santai meski kadang diam. Membuat terdengar jelas deru mesin mobil truk ini dan kendaraan lain. Yang juga ikut berlalu lalang bersama kami di jalan raya. Apa saja yang kami bahas, kalau cuman diam ndak asik menikmati perjalanan ini.
Jadi ketika melewati SPBU, aku menanyakan bagaimana kalau pengisian bahan bakar untuk kendaraan perusahaan.
Ia menjawab, kalau kendaraan perusahaan ndak membeli bahan bakar di SPBU. Melainkan langsung mengisi, di area pengisian bahan bakar di STN. Karena bahan bakar, telah dikirim langsung oleh perusahaan minyak ke STN.
Mengingat dulu pernah pergi ke STN, pertama kalinya ke tempat wisata gua. Slamet dan Irfan juga pernah pergi ke sana, beberapa waktu lalu bersama kedua teman mereka. Waktu itu mereka ndak mengajakku, memasuki gua secara gratis.
Mungkin karena mereka ndak meminta izin, jadi ndak diberi helm dan pemandu. Salah satu teman Slamet memang tinggal di STN, mungkin dia yang memandu mereka.
Teringat mereka boleh masuk secara gratis dan ndak pula ada larangan. Selama mereka masih, menjaga lingkungan tempat wisata gua. Aku pun menanyakan kepada mas supir, mengenai tempat wisata itu.
Kata mas supir di samping ku ini, sambil terus fokus melajukan mobil truknya. Kalau tempat wisata gua itu, milik perusahaan STN. Memang ndak dikenakan biaya, kalau ingin memasuki tempat wisata gua.
Kadang juga tempat wisata gua itu, didatangi oleh mahasiswa-mahasiswa dari luar KALTIM. Mereka mempelajari satwa-satwa, yang ada di sana dan sekaligus menjelajahi wisata gua.
Ndak terasa sudah sampai di persimpangan menuju STN. Ndak seperti tadi, saat mobil truk ini masih melaju di atas aspal. Kali ini mobil berada di jalan tanah, yang berlapiskan batu-batu koral.
Belum jauh dari persimpangan tadi, mobil dihentikan. Rupanya ada sesuatu yang ingin dibeli oleh masnya di sebuah warung. Tempat warung itu berada, ndak jauh dari persimpangan yang baru kami lewati.
Aku menyadari, kalau rumah yang ada di seberang mobil ini berhenti. Rumah salah satu teman sekelas, ketika masih di SMA dulu. Ndak begitu lama, menunggu mas supir kembali duduk di depan setir. Ia pun kembali menancapkan gas untuk melanjutkan perjalanan.
Sekitar 15Km dari jalan raya, menuju ke pabrik tempat pembongkaran. Di selama perjalanan, kami ngobrol ke mana-mana ndak tentu arah.
Mulai dari lahan tanah miliknya, yang dia punya dekat dengan lahan tanah milik bapak. Mengenai mesin pabrik STN, sampai ke politik. Karena lagi ramainya, mendekati pemilu saat itu.
Jalan di malam hari, hanya terlihat jalanan berbatu koral. Karena hanya ada cahaya dari nyala lampu mobil saja. Sedangkan sekeliling terlihat gelap, terlihat sedikit samar-samar pohon kelap sawit. Adanya pantulan lampu mobil, yang remang-remang mencahayai sekitar mobil.
Ndak seperti jalan raya tadi, hampir sepanjang jalan diterangi oleh lampu rumah warga. Beda dengan saat ini, ndak ada lampu menerangi sepanjang jalan. Hanya lampu dari mobil ini saja, yang dapat menggiring kami menuju ke tempat tujuan.
Di pinggir jalan, masih bisa terlihat buah kelapa sawit yang telah ditumpuk. Hasil dari panen, yang nantinya akan dimuat oleh mobil truk lainnya. Ketika sudah sampai di sebuah persimpangan lagi. Di sini terlihat lebih ramai, dari pada sepanjang jalan tadi.
Terlihat ada beberapa orang, mungkin karyawan atau pekerja di STN. Mereka sedang berlalu lalang menggunakan motornya.
Di simpang ini, bilang masnya kalau arah ke kiri maka akan sampai ke tempat wisata gua. Tapi kalau tetap lurus, akan sampai menuju ke pabrik. Namun ia ndak menjelaskan, apa yang ada di sebelah kanan. Aku juga ndak menanyakannya, tapi ku lihat seperti sebuah perumahan.
Karena kami akan menuju pabrik, maka jalan lurus terus ke depan. Kali ini perjalanan kami, sama seperti tadi saat meninggalkan persimpangan. Kembali diterangi oleh lampu dari truk ini, di sepanjang jalan yang gelap gulita.
Pabrik telah dapat di lihat sekilas, meski masih berjarak jauh dari jalanan berbatu koral ini. Terlihat pabrik yang sangat besar, diterangi oleh banyak lampu.
Sampai ada sebuah persimpangan lagi, kali ini kami belok ke kiri. Sampai pada sebuah gerbang, terlihat ada seorang sekuriti menghampiri mobil kami. Masnya berbicara sebentar kepada sekuriti itu, seperti meminta izin untuk memasuki pabrik.
Gerbang yang tadinya, hanya dapat dilalui seseorang atau kendaraan bermotor. Sekarang gerbang itu bergeser melebar, dapat dilalui oleh mobil truk.
Mobil truk telah masuk melewati gerbang, masnya malah berhenti. Ia masih ingin berbincang-bincang dengan sekuriti itu, menggunakan bahasa Jawa. Setelah mereka berbincang-bincang, mobil kembali berjalan. Masnya memberitaukan ku fokus perbincangan tadi, yaitu mengenai beternak sapi.
Memasuki wilayah pabrik, terlihat mesin-mesin dengan tabung raksasa dan pipa-pipa. Berbagai ukuran tabung dan pipa yang ndak terhitung jumlahnya. Bukan sebagai penghias mesin, melainkan ada fungsi dan kegunaannya. Dari gerbang sampai ke pabrik ini, diterangi oleh cahaya dari banyak lampu.
Saat mobil berhenti, aku melihat-lihat di sekitaran sini. Ada banyak sekali pipa, sampai aku tertarik untuk melihat sebuah papan. Papan berbentuk plat, yang berisikan tulisan dan gambar. Terlihat seperti sebuah denah, yang menjelaskan secara singkat setiap bagian pabrik ini.
Banyak yang ndak ku mengerti pada tulisannya, mungkin karena ditulis dalam bahasa Inggris. Sambil memperharikan denah ini, rupanya mas supir telah menyemprotkan mobil truknya. Ia menggunakan selang yang ada di situ, bermaksud untuk membersihkan mobil truknya.
Setelah puas melihat denah, sambil mengira-ngira letak kami saat ini. Aku sudah tau dari mas supir tadi, tanpa melihat denah. Kalau kami berhenti di depan sebuah mesin broiler.
Ndak lama setelah mas supir membersihkan truknya. Aku menanyakan letak-letak bagian pabrik, yang ada pada denah. Mungkin karena masnya bingung, dengan apa yang ku katakan. Dia langsung saja membawaku berkeliling pabrik, memberitaukan setiap fungsi pada bagian pabrik ini.
Meski kadang beberapa istilah yang ndak ku mengerti, tapi tetap saja aku mendengarkannya dan sesekali bertanya. Selesai berkeliling dengan mobil truk, langsung menuju keluar gerbang lagi. Masnya memarkirkan mobil truk ini, di rumah saudaranya yang berada ndak jauh dari pabrik.
Seperti yang dia katakan tadi, kalau pulang dari STN akan dibonceng menggunakan motornya. Tapi sayangnya aku, ndak membawa helm saat itu.
Motor yang pada siang harinya, dititipkan di rumah saudaranya. Kini dipakai lagi untuk pulang ke rumah, rupanya ban motor ini dirasa kempes. Jadi, dia berniat untuk meminjam kompa ban motor.
Namun saudaranya ndak memiliki kompa untuk ban, ia berminat meminjam ke tempat lain. Kami kini berhenti di sebuah warung, karena agak malam maka warung ini tutup.
Aku kira masnya akan meminjam kompa di warung ini. Ndak taunya warung makan ini adalah warung milik ibunya yang memang berjualan di sini.
Rupanya mas supir ingin makan dulu, aku pun diajak juga. Entah kenapa aku ndak menolaknya, ada rasa sungkan. Tapi rasa sungkan, dikalahkan dengan rasa lapar. Memang sudah dari tadi sore, setelah bekerja ndak ada istirahat dan mandi langsung berangkat ke pabrik ini.
Kami ngobrol sebentar, banyak yang kami obrolkan. Tapi yang ku tau dari obrolan ini, adalah saat dia lulus SMA aku baru lahir. Setelah makan masnya mencari kompa ban, di tetangga sekitar yang ia kenal.
Setelah masnya kembali, aku pamitan dengan Ibunya. Di sepanjang jalan kami hanya terus ngobrol, apa saja yang di obrolkan. Sampai pada obrolan mengenai ular, ndak taunya kami malah melihat ular. Ular itu berada di pinggir jalan, lebih tepatnya di dalam parit.
Setelah itu melanjutkan perjalanan, ndak terasa kami sudah mendekati jalan raya. Kata masnya berjalan ke atas, lebih terasa lama dibandingkan saat turun. Mas supir ini menuju ke rumahnya dahulu, bermaksud agar aku mampir di rumahnya.
Sambil menunjukkan jalan mana saja, yang akan dilalui. Agar aku dapat mengingat jalan menuju rumahnya, ku lihat masjid sebagai tanda. Setelah sampai di rumahnya, aku baru sadar kalau pernah melalui jalan ini. Bersama Basir saat jalan-jalan sore, menggunakan sepeda motor.
Di rumah pintu rumah masnya mengucapkan salam dan memanggil istrinya. Aku juga ikut masuk ke dalam rumah, karena di persilakan oleh masnya. Ini adalah kali pertama, aku berkunjung ke rumahnya ini. Padahal masnya sudah beberapa kali berkunjung ke rumah, datang dengan anak dan istrinya.
Ia meminta kepada istrinya untuk dibikinkan kopi. Rupanya aku juga dibuatkan kopi, kami pun menyeruput kopi di ruang tamu rumahnya. Di sini kami ngobrol lagi, entah banyak hal yang kami obrolkan.
Sambil menyeruput kopi perlahan-lahan karena kopi masih panas. Sedangkan masnya entah seperti apa, sudah hampir separuh gelas sudah habis terseruput.
Setelah itu ia mengajak ke tempat kandang sapi miliknya, yang berada di belakang rumah. Di sana ia memperlihatkan sapi-sapi miliknya, yang ia sering bicarakan.
Ada empat ekor sapi yang ia miliki, sebelumnya ada lima. Tapi sudah ada orang yang telah membelinya. Sapi miliknya juga, ada yang baru ia beli beberapa Minggu lalu. Umur sapi yang baru ia beli itu, masih sekitar empat bulanan.
Katanya dia akan menjual sapi-sapi ini, ketika berumur sudah lebih dari dua tahun. Kalau harga mau mahal, ketika ada acara yang berlangsung. Terutama pada bulan haji, atau ada orang yang benar- benar minat untuk membeli.
Ku lihat masnya sangat senang bermain dengan sapi-sapi ini. Ia menepuk-nepuk pipi salah satu sapi, sampai membiarkan sapi ini menjilati tangannya. Tapi hanya sapi ini saja, kata masnya sangat suka di ajak bermain.
Berbeda dengan masnya saat baru sampai di kandang tadi. Sapi-sapi ini melihat kehadiranku, mengeluarkan nafas yang terdengar geram. Apa karena aku menggunakan jaket yang berwarna merah ini. Tapi kata masnya kalau sapi-sapi ini, memang seperti itu apabila melihat orang baru.
Kalau dipikir-pikir ini adalah kali pertama juga, melihat kandang sapi ini. Sebelumnya pernah melihat, tapi berupa foto yang mas supir ini lihatkan lewat Hp-nya.
Setelah asik bermain dengan sapi, kami kembali lagi ke dalam rumah. Kami kembali lagi, menyeruput kopi yang masih tersisa. Karena sekarang kopi milik ku, sudah terasa agak dingin dari pada tadi. Jadi langsung ku teguk saja, tanpa khawatir merasa kepanasan.
Kami kembali ngobrol, kali ini mengenai rumahnya ini. Ia juga ikut bekerja saat memasang kasau, membangunkan tiang dan pemasangan atap. Tapi kalau saat penyemenan dinding, dia kurang tau. Jadi ia menyerahkan kepada tukang, yang memang pandai dalam menyemen dinding.
Saat pemasangan instalasi listrik di rumahnya, dia meminta bantuan kakaknya. Dia mengatakan kalau kakaknya itu, menggunakan sepatu khusus. Saat memegang kabel listrik dengan tangan kosong, kakaknya malah memamerkan. Kalau kakaknya itu ndak tersengat listrik, mungkin dikarenakan sepatu khusus yang dipakainya.
Ingat dengan itu, mas supir malah melihatkan sebuah video di Hp-nya. Video itu memperlihatkan sebuah adegan, seseorang yang bunuh diri. Dengan cara menyetrumkan dirinya sendiri, di kabel listrik bertegangan tinggi.
Sekujur tubuh orang itu, menjalar sebuah cahaya dan kemudian kaku seketika. Itu adalah video yang lagi ramai dibicarakan, di berbagai medsos beberapa Minggu yang lalu.
Melanjutkan obrolan mengenai, hobi masnya berburu burung menggunakan senapan angin. Sambil ia memperlihatkan, sebuah senapan angin miliknya. Tapi sayang rusak, belum sempat ada waktu untuk ia perbaiki.
Ndak terasa, ketika melihat waktu jam di Hp milik ku. Sudah menandakan waktu tengah malam, aku juga kadang sesekali menguap. Sedangkan masnya juga melihat jam di Hp-nya sendiri. Meski ia terlihat masih dapat bertahan dari kantuk. Karena ia sudah terbiasa, menahan kantuk di malam hari.
Berbeda dengan ku, akhirnya mas supir menyarankan untuk pulang saja. Dengan ia yang mengantarku, tentu saja aku ndak menolak ajakannya.
Ketika di perjalanan kami kembali lagi ngobrol mengenai motornya yang biasa ia pakai ke STN. Ia baru ingin mengganti, shock motornya itu karena sudah ndak berfungsi.
Sedangkan motor metik yang ia gunakan dari tadi adalah milik istrinya. Ketika ia dulu hobinya suka gonta-ganti sepeda motor. Karena selalu melihat dan mencari info motor keluaran terbaru di internet. Akhirnya ia sekarang sudah ndak suka lagi, gonta-ganti motor. Semenjak motor yang ia miliki mengalami kecelakaan.
Ndak terasa sudah sampai depan pintu rumah, tentu saja jam segini pintu sudah di kunci. Jadi aku berusaha mengetuk dan memanggil, bila ada yang masih bangun ataupun terbangun.
Sedangkan masnya malah memencet klakson motornya. Setelah ndak beberapa lama, ibu dan adek membukakan pintu. Masnya berpamitan pulang, aku di rumah malah asik menceritakan mengenai pabrik STN kepada adek.
Baca Juga Tentang :
Ke Acara Akikah Bagian 1 : Sehari Sebelum Acara
Komentar
Posting Komentar