Duduk di teras depan rumah sambil ngobrol dengan adek, sesekali melihat ke arah para tamu. Ingin rasanya, aku kembali melanjutkan membersihkan meja tamu.
Tiba-tiba saja ada seseorang dari belakang, memasukkan tangannya ke kantong kanan celanaku. Refleks aku menahan tangan itu, setelah menoleh ke belakang kini tau sang pemilik tangan. Rupanya adalah paman penyelenggara acara Akikah kedua putranya ini.
Aku pun mengendurkan tanganku dan mengatakan, ndak usah. Seakan seperti paham dengan maksud paman ini, tetapi dia sepertinya memaksa. Sesudah paman penyelenggara acara, mengeluarkan tangannya dari kantong celanaku.
Kali ini aku memeriksa apa yang paman itu berikan, di dalam kantong kananku ini. Tanpa ku lihat cukup meraba di dalam kantongku, aku tau apa yang diberikan oleh paman.
Terasa di tanganku benda ini adalah sebuah kertas, dengan tekstur berbeda dari kertas lainnya. Bentuk dan ukuran yang familiar, baik anak kecil sekalipun sampai orang tua. Bahwa benda berbentuk kertas ini adalah sebuah uang.
Pada niat awalnya aku hanya sekedar membantu, tetapi sudah diberi seperti ini aku ndak bisa menolaknya. Saat ini aku belum tau, berapa nominal yang diberikan oleh paman. Sebab belum ada niat untuk melihat, uang yang ada di kantongku ini.
Paman tadi kembali ke depan, untuk menyambut para tamu undangannya. Namun ibu belum juga kembali dari dalam, mungkin sedang menyimpun barang bawaan kami. Sekaligus juga, mungkin sedang berpamitan dengan yang lainnya.
Aku pun kembali dengan mengerjakan tugasku lagi, ada perasaan ndak enak. Bila meninggalkan para tamu dengan tumpukan piring, gelas dan kekurangan air minum di atas meja mereka.
Sampai pada meja di isi oleh para ibu-ibu, yang bertugas menjaga meja prasmanan tadinya. Mereka sekarang berada di meja tamu, untuk menikmati makanan mereka. Meski ada sebagian ibu-ibu, masih bertugas menjaga meja prasmanan agar ndak kosong.
Aku melihat ke atas meja itu, siapa tau ada tumpukan piring dan gelas kotor atau mungkin ada kekurangan sesuatu. Ndak tau karena apa, aku malah ditegur oleh salah satu dari mereka. Jangan melihat seperti itu, meja ini biar kami saja yang bersihkan. Mendengar teguran seperti itu, aku pun segera berlalu.
Sekarang telah merasa lega, karena semua meja menurutku sudah lumayan nyaman dan cukup bersih. Masih bisa diduduki, dan mampu bertahan dari beberapa tamu selanjutnya. Aku kini kembali duduk, di teras depan rumah sambil menghadap ke depan.
Ndak lama setelah itu, Ibu keluar juga dari rumah sambil membawa tas dan helm. Aku meminta agar adek nantinya memegangi helm ku, ndak lupa mengenakan kembali jaket merahku.
Sedikit ku perhatikan kalau MC, di panggung juga sedang mengumumkan batas penampilan mereka. Sudah akan berakhir hanya sampai pukul 5 sore ini saja. MC itu pun mempersilakan, orang-orang menaiki panggung yang ingin bernyanyi.
Ibu mulai berpamitan dengan orang yang ada di situ, terutama bibi penyelenggara acara Akikah. Melihat itu aku juga berpamitan, dengan salim kepada mereka. Ndak lupa juga topiku, ujung moncongnya kuhadapkan ke belakang.
Berpamitan mulai dari teras depan, teras samping rumah, paman-paman, ibu-ibu yang bertugas di prasmanan. Penyambut tamu dan ndak lupa juga, paman penyelenggara acara Akikah ini.
Sekarang sudah keluar dari serobong, menuju ke tempat motorku yang terparkir. Saat mengeluarkan motor dari bawah terpal, yang menjaga motorku dari guyuran air hujan. Adek saat itu juga, menghampiriku sambil memberikan helm.
Langsung saja aku menggunakan helm, tanpa menghiraukan topiku yang kupasang terbalik ke belakang. Adek ndak ikut dengan kami, dia ikut bersama kakak sepupu yang sedang panen sawit. Juga bersama Basir nanti, menggunakan mobil pick up.
Menuju ke tempat ibu di depan serobong, menggunakan sepeda motor ini. Ibu sedang menungguku sambil berbincang-bincang, dengan paman penyelenggara acara dan seorang nenek.
Saat aku ingin berangkat pulang, ibu sudah ku bonceng. Kami masih berpamitan, kepada paman penyelenggara acara. Juga seorang nenek dan seorang paman lagi. Paman yang dari kemarin sibuk membantu, demi berlangsungnya acara.
Sehabis itu aku pun menarik gas sepeda motorku, menurutku lumayan sulit menaiki aspal ini. Karena aspal untuk menaiki jalan raya, lebih tinggi dari pada tanah. Juga posisi tanah agak miring, lalu merasakan sepertinya bawaan kami bertambah.
Berhasil juga menaiki aspal, namun tiba-tiba saja mobil truk besar menyelip kami. Mobil truk pembawa minyak bahan bakar, berwarna dominan merah dan putih. Untung saja, aku masih dapat mengendalikan sepeda motor ini.
Membawa dengan santai di atas aspal, ada rasa waswas di hati karena belum mengisi bensin. Jadi ketika menemukan penjual bensin eceran, dijalan agak menurun. Aku meminggirkan dan memberhentikan sepeda motorku di situ
Di sini rupanya masih banyak penjual bensin eceran, di pinggir jalan raya. Kalau sudah sampai pertengahan jalan pulang nanti. Jangankan POM, menemukan penjual bensin eceran saja sudah.
Selesai mengisi bensin dan dibayarkan oleh Ibu, aku kembali menarik gas sepeda motor dua tak ini. Di perjalanan pulang aku juga sempat berbicara dengan Ibu, mengenai acara akikah. Meski suara kami kadang tersamarkan. oleh suara nyaring knalpot motorku.
Sampailah kami di depan jalan masuk gang kecil ke arah rumah, setelah menyeberangi jalan raya tadi. Di depan jalan masuk sempit itu, ada mobil merah yang menurutku lumayan mewah.
Kupikir itu mungkin mobil milik tetangga, atau keluarga mereka. Tanpa memikirkan lebih lanjut lagi, aku masuk ke jalan sempit itu. Jalanan ini hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki, dan kendaraan roda dua saja.
Menyusuri jalan ini, membuat kami sampai di depan pintu rumah. Ibu turun di sini, sedangkan aku masih harus memarkirkan sepeda motorku. Kuparkirkan di samping rumah, yang juga sempit. Kulihat di depan pintu rumah, ada sandal yang lebih banyak dari pada jumlah keluarga kami.
Setelah mengucapkan salam, lalu masuk ke dalam rumah. Cukup lama aku berpikir melihat tamu, setelah sadar siapa yang datang. Rupanya kakak sepupu dan suaminya, dengan kedua anaknya. Lalu dua adek sepupu, keluarga dari bapak yang mampir ke rumah.
Kami saling bersalaman dan menyapa, ibu dari tadi sudah mempersiapkan makanan. Tapi mungkin karena ndak sempat, ibu menyiapkan makanan dari acara Akikah saja.
Itulah sebabnya, aku merasa bawaan kami bertambah tadi. Ibu diberikan masakan Akikah, dari paman dan bibi penyelenggara acara. Dalam mempersiapkan makanan itu, aku juga turut membantu. Paling ndak, membawakan piring ke meja mereka. Sedang bapak terlihat ngobrol-ngobrol asik, bersama mereka.
Lumayan lama mereka menunggu kami dari tadi, terutama ada yang kangen sama si adek. Karena kami sudah lama ndak ketemu, baru hari ini ada kesempatan mereka mampir. Tapi malah lama menunggu kami, sampai bapak memberitaukan kepada kami. Suami dari kakak sepupu tertidur di kamar, saking lamanya menunggu kami.
Kakak sepupu memaksaku untuk duduk di sampingnya, tapi aku ndak mau. Namun pada akhirnya aku menurut juga, entah mengapa kakak sangat memaksa. Sampai-sampai aku dikatainya, takut duduk dengan perempuan.
Tentu saja, semua yang ada di ruangan ini menertawakanku. Aku hanya bisa tersenyum, dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Agar obrolan seperti ini ndak berlanjut, aku mencoba mengalihkan arah pembicaraan.
Aku ngobrol dengan adek sepupu cewek, yang sering chat dengan Basir. Sampai mengenai teman cewek Basir, yang cemburu kepadanya. Karena ketahuan chat, dengan adek sepupu kami ini. Sampai-sampai aku dan Slamet, mengatakan kalau dia sepupunya Basir. Melalui voice WA-nya Basir sendiri, tetap saja teman ceweknya itu ndak percaya.
Adek sepupu malah ikutan ndak percaya juga, mendengar itu. Tapi sebelumnya malah kakak sepupu, yang deluan ke GR-an. Disangka dia yang dicemburukan, sampai ingin mengubah foto profil WA-nya.
Sebelumnya kakak meminta no WA-ku, tapi kukatakan FB saja sudah lama ku Add dianya. Meski jarang mengirim pesan di Fb, karena aku kurang menyukai hal seperti itu. Tetapi kakak tau kalau aku On, pasti memberi like di hampir semua statusnya.
Ndak terasa waktu sudah hampir senja, tetapi Basir dan adek belum juga datang. Ndak mau menunggu lebih lama lagi, untuk mereka berdua. Kakak, adek dan keponakan pamitan untuk segera pulang.
Bapak dan Ibu mengantarkan mereka, sampai ke depan jalan masuk gang sana. Ku lihat ada yang tertinggal, di kursi yaitu dua bungkus jajanan milik keponakan. Aku segera menuju ke depan juga, untuk melihat mereka pergi. Setelah tadi ibu memberikan jajanan, yang hampir tertinggal itu.
Kami kembali ke rumah terutama Ibu dan aku, untuk istirahat dan mandi. Setelah lewat Magrib, barulah Basir dan adek datang sampai ke rumah. Dengan suara knalpot nyaring terdengar, mereka menggunakan sepeda motor.
Kini telah berkumpul semua, kami saling bercerita selama di acara Akikah. Juga mengenai ada keluarga yang datang, menunggu mereka tadi sore. Basir memberitaukan, kalau dia dibawakan makanan dari kakak sepupu.
Memang aku tadi sempat melihat, dan menyapa kakak sepupu. Basir lebih memilih untuk memanenkan kelapa sawitnya. Lalu aku juga memberitaukan, mengenai info kepada adek sepupu tadi. Basir yang mendengarnya, cuma nyengir-nyengir ndak jelas.
Komentar
Posting Komentar